Minggu, 10 Desember 2017

AGEN INFEKSIUS

MAKALAH ILMU DASAR KEPERAWATAN 2


AGEN INFEKSIUS






Disusun Oleh:
KELOMPOK 2 :



Aidha Ismi Apriana (16142010006)
Ainul Yakin (16142010007)
Bella Listiya Eka Putri (16142010008)
Candra Febriyanto Hidayat (16142010009)
Didik Sasyono (16142010010) 



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKES NGUDIA HUSADA MADURA
2016-2017





DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ……….……………………………………………………3
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………3
1.3 Tujuan ……….……….……………………………………………………4
1.4 Manfaat ……….……………………………………………………4



BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA




2.1 Definisi Agen-agen infeksius ……………………………………..….5
2.2 Definisi Virus …………………………………………………..…….5
2.3 Definisi Bakteri ……………………………………….……….
2.4 Definisi Jamur ……………………………………….……….
2.5 Definisi Parasit ……………………………………….……….
2.6 Definisi Riketsia ……………………………………….……….
2.7 Definisi Clamida …………………………………….………….
2.8 Agen-agen Infeksi Opurtunistik …………………….………….



BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan ……………………………………………………………
3.2 Saran …………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia Nya Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini .
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun untuk perbaikan makalah di masa mendatang. Dalam kesempatan ini kami juga menyampaikan terima kasih yang tidak terhingga bapak Dosen yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini dan kepada kedua orang tua atas jerih payah dan doa yang tak henti-hentinya.

Semoga Allah SWT selalu meridhoi kehidupankita, amin.

Bangkalan, 3 Maret 2017 



BAB 1 
PENDAHULUAN 



1.1 Latar Belakang

Tubuh kita sepanjang waktu terpapar dengan bakteri, virus, jamur, dan parasit, semuanya terjadi secara normal dan dalam berbagai tingkatan pada kulit, mulut, jalan napas, saluran cerna, membran yang melapisi mata, dan bahkan saluran kemih. Banyak dari agen infeksius ini mampu menyebabkan kelainan fungsi fisiologis yang serius atau bahkan kematian bila agen infeksius tersebut masuk ke jaringan yang lebih dalam. 

Tubuh manusia telah diciptakan dengan berbagai macam sistem yang berfungsi sebagai pertahanan tubuh. Selain itu juga terdapat respon-respon tubuh terhadap benda asing yang bersifat merugikan. Apabila terjadi cedera jaringan yang dikarenakan oleh bakteri, trauma, bahan kimia, panas, atau fenomena lainnya maka jaringan yang cedera itu akan melepaskan berbagai zat yang menimbulkan perubahan sekunder yang sangat dramatis disekeliling jaringan yang tidak mengalami cedera.

Dewasa ini penyakit infeksi sudah merupakan penyakit dimana para sarjana Kedokteran telah mengembangkan, baik terapi maupun penelitian-penelitian tentang perkembangan, pencegahan dan pengobatan infeksi maupun penyakit-penyakit, yang berhubungan dengan infeksi. 


1.2 Rumusan Masalah

Berdasarakan latar belakang diatas, kelompok dapat mengambil rumusan masalah sebagai berikut, yaitu:

1. Bagaimana Definisi Agen-agen infeksius ?
2. Bagaimana Pembahasan Virus ?
3. Bagaimana Pembahasan Bakteri ?
4. Bagaimana Pembahasan Jamur ?
5. Bagaimana Pembahasan Parasit ?
6. Bagaimana Pembahasan Riketsia ?
7. Bagaimana Pembahasan Clamida ?
8. Apa Agen-agen Infeksi Opurtunistik ?

1.3 Tujuan
Berdasarakan rumusan masalah diatas, kelompok dapat mengambil tujuan masalah sebagai berikut, yaitu:

1.3.1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan 2.

1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk Mengetahui Definisi Agen-agen infeksius ?
2. Untuk Mengetahui Pembahasan Virus ?
3. Untuk Mengetahui Pembahasan Bakteri ?
4. Untuk Mengetahui Pembahasan Jamur ?
5. Untuk Mengetahui Pembahasan Parasit ?
6. Untuk Mengetahui Pembahasan Riketsia ?
7. Untuk Mengetahui Pembahasan Clamida ?

1.4 Manfaat
Dapat mengetahui dan memahami Definisi Agen-agen Infeksius, yang berupa Virus, Bakteri, Jamur, Parasit, Riketsia, Clamida.


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Definisi Agen-agen infeksius



Infeksi merupakan peristiwa masuk dan penggandaan mikroorganisme di dalam tubuh pejamu (Pronggoutomo, 2002). Sedangkan agen infeksius adalah mikroorganisme yang dapatmenimbulkan infeksi. Mikroorganisme yang termasuk dalam agen infeksi antara lain virus, bakteri, jamur, parasit, riketsia, dan clamidia.



Agen pencetus infeksi terdiri atas beberapa jenis dengan kemampuan yang berbeda-beda dalammenimbulkan infeksi progresif dan penyakit. Sebagai contoh, pada satu ujung spektrum, satu mikroorganismehidup mungkin cukup untuk menimbulkan penyakit (misal Richettsia tsutsugamushi), sedangkan mikroba lain,sejuta organisme atau lebih mungkin baru diperlukan untuk menimbulkan penyakit (misal Salmonella typhi). Hanya dua sifat umum diperlukan oleh suatu agen infeksi agar menimbulkan penyakit.



1. Agen infeksi tersebut harus mampu melakukan metabolisme dan memperbanyak diri di dalam jaringan hospes. Agen infeksi tersebut harus mampu mendapatkan tekanan oksigen, pH yang sesuai, suhu, danlingkungan nutrisi yang cukup untuk pertumbuhannya.



2. Agen infeksius patogen harus memiliki kemampuan untuk menahan mekanisme pertahanan hospesyang cukup lama untuk mencapai jumlah kritis yang diperlukan sehingga agen tetap dapat menimbulkan penyakit. Setiap ada gangguan dari mekanisme pertahanan hospes jelas akan membantu terjadinya prosesinfeksi (Herold, 1994).



2.2 Virus

2.2.1 Sejarah
Virus merupakan suatu partikel yang masih diperdebatkan statusnya apakah ia termasuk makhluk hidup atau benda mati. Virus dianggap benda mati karena ia dapat dikristalkan, sedangkan virus dikatakan benda hidup, karena virus dapat memperbanyak diri (replikasi) dalam tubuh inang.

Para ahli biologi terus mengungkap hakikat virus ini sehingga akhirnya partikel tersebut dikelompokkan sebagai makhluk hidup dalam dunia tersendiri yaitu virus.Virus merupakan organisme non-seluler, karenaia tidak memilki kelengkapan seperti sitoplasma, organel sel, dan tidak bisa membelahdiri sendiri. Penyelidikan tentang objek-objek berukuran sangat kecil di mulai sejak ditemukannyamikroskop oleh Antony Van Leeuwenhoek (1632-1723) perkembangan mikroskop inmendorong berbagai penemuan dibidang biologi salah satunya partikel mikroskopikyaitu virus. Beberapa tokoh dalam penemuan virus pertama yaitu:

1. Adoft Mayer (1883, Jerman)
Percobaan diawali dari munculnya penyakit bintik kuning pada daun tembakau. Iamencoba menyemprotkangetah tanaman sakit ke tanaman sehat, hasilnyatanaman

2. Dmitri Ivanovski (1892, Rusia)
Ia mencoba menyaring getah tanaman yang sakit dengan filter bakteri sebelum disemprotkan ke tanaman sehat. Hasilnya, tanaman sehat tetap tertular. Iamenyimpulkan bahwa ada partikel yang lebih kecil lagi dari bakteri yang lolossaringan yang menularkan penyakit.

3. Martinus W. Beijerinck (1896, Belanda)
Ia menemukan bahwa partikel itu dapat bereproduksi pada tanaman, tapi tidak pada medium pertumbuhan bakteri. Ia menyimpulkan bahwa partikel itu hanya dapat hidup pada makhluk hidup yang diserangnya.

4. Wendel M. Stanley (1935, Amerika)
Ia berhasil mengkristalkan partikel tersebut. Partikel mikroskopis itu lalu dinamai TMV (Tobacco Mosaic Virus).

2.2.2 Definisi
Virus berasal dari bahasa yunani “Venom” yang berarti racun. Virus adalah parasit mikroskopik yang menginfeksi selorganisme biologis. Secara umum virus merupakan partikel tersusun atas elemen genetik (genom) yang mengandung salah satu asam nukleat yaitu asam deoksiribonukleat (DNA) atau asam ribonukleat (RNA) yang dapat berada dalam dua kondisi yang berbeda, yaitu secara intraseluler dalam tubuh inang dan ekstrseluler diluar tubuh inang. Virus memiliki sifat hidup dan mati. Sifat hidup (seluler) yaitu memiliki asam nukleat namun tidak keduanya (hanya DNA atau RNA), dapat bereproduksi dengan replikasi dan hanya dapat dilakukan didalam sel inang (parasit obligat intraseluler). Sifat mati (aseluler) yaitu dapat di kristalkan dan dicairkan. Struktur berbeda dengan sel dan tidak melakukan metabolisme sel.

2.2.3 Bentuk dan Ukuran Virus
Bentuk virus bervariasi dari segi ukuran, bentuk dan komposisi kimiawinya. Bentuk virus ada yang berbentuk bulat, oval, memanjang, silindariis, dan ada juga yang berbentuk T. Ukuran Virus sangat kecil, hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron, ukuran virus lebih kecil daripada bakteri. Ukurannya berkisar dari 0,02 mikrometer sampai 0,3 mikrometer (1 µm = 1/1000 mm). Unit pengukuran virus biasanya dinyatakan dalam nanometer (nm). 1 nm adalah 1/1000 mikrometer dan seperjuta milimeter. Virus cacar merupakan salah satu virus yang ukurannya terbesar yaitu berdiameter 200 nm, dan virus polio merupakan virus terkecil yang hanya berukuran 28 nm.


2.2.4 Susunan Tubuh
1. Kabsid
Kapsid adalah lapisan pembungkus tubuh virus yang tersusun atas protein. Kapsid terdiri dari sejumlah kapsomer yang terikar satu sama lain.

Fungsi:

a. Memberi bentuk virus
b. Pelindung dari kondisi lingkungan yang merugikan
c. Mempermudah penempelan pada proses penembusan ke dalam sel

2. Isi
Terdapat di sebelah dalam kapsid berupa materi genetik/ molekul pembawa sifat keturunan yaitu DNA atau RNA. Virus hanya memiliki satu asam nukleat saja yaitu satu DNA/ satu RNA saja, tidak kedua-duanya. Asam nukleat sering bergabung dengan protein disebut nukleoprotein. Virus tanaman/ hewan berisi RNA/ DNA, virus fage berisi DNA.

3. Kepala
Kepala virus berisi DNA, RNA dan diselubungi oleh kapsid. Kapsid tersusun oleh satu unit protein yang disebut kapsomer.

4. Ekor
Serabut ekor adalah bagian yang berupa jarum dan berfungsi untuk menempelkan tubuh virus pada sel inang. Ekor ini melekat pada kepala kapsid. Struktur virus ada 2 macam yaitu virus telanjang dan virus terselubung (bila terdapat selubung luar (envelope) yang terdiri dari protein dan lipid). Ekor virus terdiri atas tabung bersumbat yang dilengkapi benang atau serabut. Khusus untuk virus yang menginfeksi sel eukariotik tidak memiliki ekor.

2.2.5 Pengembangbiakan Virus
Virus memanfaatkan metabolisme sel penjamu untuk membantu sintesis protein virus dan virion baru; jenis sel yang dapat diinfeksi oleh virus dapat sedikit dapat banyak. Untuk tujuan diagnosti, sebagian besar virus ditumbuhkan dalam biakan sel, baik turunan sel sekunder atau kontinu; pemakaian telur embrionik dan hewan percobaan untuk membiakan virus hanya dilakukan untuk investigasi khusus. Jenis biakan sel untuk mengembangbiakan virus sering berasal dari jaringan tumor, yang dapat digunakan secara terus menerus.

2.2.6 Klasifikasi Virus
Nama famili ditandai dengan akhiran viridae. Nama subfamili diberi akhiran virinae Nama akhiran genus diberi akhiran virus. Lwoff, Horne & Tournier adl ahli dlm taksonomi virus, berdasarkan criteria:

1. Jenis asam nukleat (DNA/ RNA) berantai ganda/ tunggal.
2. Ukuran & morfologi tmsk tipe simetri kapsid.
3. Adanya enzim spesifik, terutama polimerase RNA & DNA yang penting bagi replikasi genom.
4. Kepekaan thd zat kimia & keadaan fisik.
5. Cara penyebaran alamiah.
6. Gejala2 yang timbul.
7. Ada tidaknya selubung.
8. Banyaknya kapsomer untuk virus ikosohedarial/ diameter nukleokapsid untuk virus helikoidal.

Saat ini telah lebih dari 61 famili virus diidentifikasi, 21 diantaranya mempunyai anggota yang mampu menyerang mns & binatang.

Menurut RNA, famili virus dibagi menjadi:
- Picontohrnaviridae - Orthomyxoviridae
- Rhabdoviridae - Bunyaviridae
- Caliciviridae - Reoviridae
- Filoviridae - Arenaviridae
- Togaviridae - Retroviridae
- Paramyxoviridae - Contohronaviridae
- Flaviviridae
Menurut DNA, famili virus dibagi menjadi:
- Adenoviridae - Papovaviridae
- Herpesviridae - Parvoviridae
- Hepadnaviridae - Poxviridae
Selain itu tdpt kelompok virus yang belum dpt diklasifikasikan (unclassified virus) karena banyak sifat biologiknya belum diketahui.

2.2.7 Peran Virus
Didalam kehidupan, virus memiliki 2 peran, yaitu peran virus sebagai mikroorganisme yang menguntungkan, maupun yang merugikan.

1. Virus yang menguntungkan: Virus berperan penting dalam bidang rekayasa genetika karena dapat digunakan untuk cloning gen(reproduksi DNA yang secara genetis identik). Sebagai contoh adalah virus yang membawa gen untuk mengendalikan pertumbuhan serangga. Virus juga digunakan untuk terapi gen manusia sehingga diharapkan penyakit genetis, seperti diabetes dan kanker dapat disembuhkan.

2. Virus yang merugikan: Virus yang dapat merugikan karena menyebabkan berbagai jenis penyakit pada manusia, hewan dan tumbuhan


2.2.8 Penyakit-penyakit Akibat Virus
Proses infeksi virus dpt melalui berbagai jaringan.
1. Melalui saluran pernafasan

contoh : virus influenza penyebab influensa, virus rubeola penyebab campak, ronavirus penyebab SARS, virus variola penyebab penyakit cacar, virus varicella penyebab penyakit cacar air.

2. Melalui saluran pencernaan
contoh : virus hepatitis A,B, poliomyelitis penyebab polio, rotavirus penyebab diare

3. Melalui kulit & mukosa genitalia
contoh : virus herpes simplex1 penyebab stomatitis, flavivirus penyebab DBD, rabies penyebab rabies, cytomegalovirus penyebab hepatitis
4. Melalui plasenta
contoh : virus rubella, cytomegalovirus

2.2.9 Beberapa Virus yang Merugikan
1. Virus Hepatitis
Hepatitits adalah istilah umum yang berarti radang hati dan dapat disebabkan oleh berbagai virus yang berbeda seperti virus hepatitis A, B, C, D, E. Karena perkembangan penyakit kuning merupakan fitur karakteristik penyakit hati.

2. Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Merupakan anggota subfamili lentivirinae dari famili retroviridae. Virus RNA berselubung. Dengan diameter 100-150 nm. HIV adalah retrovirusyang biasanya menyerang organ vital system kekebalan manusia sepertisel T CD4+ (sejenissel T), makrofaf, dan sel dendritik. Bereplikasi melalui DNA perantana menggunakan DNA polimer yang dikendalikan oleh RNA (reverse transcriptase). Terdapat 2 tipe yaitu: HIV-1 dan HIV-2. HIV-1 dibagi menjadi 3 kelompok: kelompok M, O, N.

3. Virus Dengue
Virus Dengue hanya dapat hidup dalam sel hidup, merupakan salah satu virus yang termasuk dalam famili Flavividae. Virion Dengue merupakan partikelsferis dengan diameter nukleokapsid 30nm dan ketebalan selubung 10 mm, sehingga diameter virion kira-kira 50 nm. Genon virus Dengue terdiri dari asam ribonuleat berserat tunggal , panjangnya kira-kira 11 kilibasa. Genon terdiri dari protein structural dan protein non structural, yaitugen C mengkode sintesa nukleokapsid (Capsid), gen M mengkode sintesa protein M(Membran) dangan E mengkode sentesa glikoprotein selubung (Envelope).

Virus dengue mempunyai 4 jenis serotipe yaitu DEN-1, DEN 2, DEN-3, dan DEN-4. Masing-masing tipe mempunyai subtipe (strain) yang jumlahnya ratusan, sesuai daeraah atau asal virus itu. Serotipe DEN-2 dan DEN-3 adalah penyebab wabah demam berdarah di Asia Tenggara. Infeksi DD/DBD dapat ditularkan padamanusia melalui gigitan vector nyamuk Aedes aegyptidan Aedes albopictus betina. Virus dengue mampu berkembang biak didalam tubuh hospes (manusia, monyet, simpanse, kelinci, mencit, marmut, tikus, hamster serta serangga khususnya nyamuk).

Kontrol dan pencegahan virus dengue dilakukan PSN (pemberantasan sarang nyamuk dengan menguras atau larvasida dan penyemprotan nyamuk dewasa insektisida. Kontrol epidemi yang terpenting adalah dengan membunuh nyamuk vektor betina dewasa. Menghambat perkemabangan nyamuk.

4. Virus Polio
Virus polio merupakan penyebab penyakit polio. Penyakit polio terutama menyerang pada anak-anak kecil. Polio dapat menyebabkan demam, sakit kepala, muntah,sakit perut,nyeri otot,kekakuan pada leherdan punggung,serta kelumpuhan.Kebanyakanpasien akan pulih,namun dalam kasus yang parah, penyakit ini dapat menyebabkan cacat permanen dan kematian. Penyakit ini sangat menular. Polio menyebar dari orang ke orang,terutama melalui rute dari tinja ke mulut.Virus memasuki tubuh melalui rute mulut dan akhirnya menyerang system saraf pusat. Masa inkubasi 7-14 hari, dengan kurun waktu antara 3-35 hari. Orang yang diduga terinfeksi harus dirujuk ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut dan isolasi. Dewasa ini,tidak ada perawatan penyembuhan untuk penyakit tersebut.



2.3 Bakteri
2.3.1 Definisi
Bakteri merupakan organisme prokariot, yaitu memiliki kromosom tunggal dan tidak memiliki nukleus. (Gillespie et al, 2007)
Bakteri adalah nama sekelempok mikroorganisme yang termasuk prokariotik yang bersel satu. Istilah bakteri dari bahasa Yunani dari kata bekterion berarti tongkat atau batang dan umumnya tidak berklofrofil. Berkembang biak dengan membela diri dan bahan – bahan genetiknya tidak terbungkus dalam membran inti. (BIMA, 2005)

Bakteri mempunyai struktur sel yang penting, antara lain:
1. Kapsul : Merupakan struktur polisakarida longgar yang melindungi sel dari fagositosis dan desikasi (kekurangan).
2. Lipopolisakarida : melindungi bakteri Gram-negatif dari lisis yang diperantarai oleh komplemen. Merupakan stimulator pelepasan sitokin poten.
3. Fimbria atau Pili : Bulu-bulu tipis khusus yang membantu adhesi ke sel pejamu dan kolonisasi. Eschercia coli yang uropatogenik memiliki fimbria terspesialisasi (fimbria P) yang terikat ke reseptor manosa pada sel epitel ureter. Antigen fimbria sering bersifat imunogenik tetapi bervariasi antarstatin sehingga dapat terjadi infeksi ulang (misalnya pada Neisseria gonorrhoeae).
4. Flagela : Organ pergerakan (lokomasi) bakteri, membuat organism mampu untuk menemukan sumber nutrisi dan menembus mukus pejamu. Flagela dapat tunggal atau multipel, dapat berada di salah satu ujung sel (polar) atau di banyak tempat (peritrik). Pada beberapa spesies (misalnya Treponema), flagela terfiksasi secara kuat di dalam dinding sel bakteri.
5. Lendir : Materi polisakarida yang disekresikan oleh beberapa bakteri yang tumbuh dalam lapisan biofilm, melindungi organisme tersebut dari serangan imunitas dan eradikasi oleh antibiotik.
6. Spora : Suatu bentuk yang inert secara metabolik, dipicu oleh kondisi lingkungan yang tidak cocok; sebagai adaptasi untuk kelangsungan hidup jangka panjang, sehingga memungkinkan bakteri untuk tumbuh kembali pada kondisi yang sesuai.(Gillespie et al, 2007)

2.3.2 Klasifikasi
Tujuan dari klasifikasi mikroorganisme adalah untuk menentukan potensi dari patogeniknya. Beberapa bakteri memiliki kemampuan untuk menyebar secara luas di komunitas dan menyebabkan penyakit yang serius.Bakteri dapat diidentifikasi berdasarkan serangkaian sifat-sifat, imunologis fisik atau sifat-sifat molekuler.

1. Reaksi Gram : Bakteri Gram-positif dan bakteri Gram-negatif member respons terhadap antibiotik yang berbeda. Bakteri lain (misalnya Mikobakteria) mungkin memerlukan teknik pewarnaan khusus.
2. Bentuk Sel : Kokus, basilus, atau spiral.
3. Endospora : Keberadaan, bentuk, dan posisinya di dalam sel bakteri (terminal, subterminal, atau sentral).
4. Preferensi atmosfer : Organisme aerob memerlukan oksigen; organism anaerob memerlukan atmosfer dengan sangat sedikit atau tanpa oksigen.
5. Kekhususan (fastidioudness) : Kebutuhan akan media khusus atau pertumbahan intraselular khusus.
6. Enzim Kunci : Tidak adanya fermentasi laktosa membantu identifikasi salmonela, urease membantu identifikasi Helicobacter.
7. Reaksi Serologis : Interaksi antara antibodi dengan struktur permukaan (misalnya subtipe dari Salmonela, Haemophilus, Meningokokus, dan banyak lagi)
8. Sekuens DNA : Sekuens DNA ribosom 16S saat ini merupakan elemen kunci dalam klasifikasi. (Gillespieet al, 2007)


2.3.3 Identifikasi Bakteri
Terdapat beberapa cara untuk identifikasi bakteri antara lain
a. Pemeriksaan Mikroskopis
Pemeriksaan langsung digunakan untuk mengamati pergerakan, dan pembelahan secara biner, mengamati bentuk dan ukuran sel yang alami, yang pada saat mengalami fiksasi panas serta selama proses pewarnaan mengakibatkan beberapa perubahan (Koes Irianto, 2006).

b. Pembiakan Bakteri
Pembenihan atau media yaitu campuran bahan-bahan tertentu yang dapat menumbuhkan bakteri, jamur ataupun parasit, pada derajat keasaman dan inkubasi tertentu. Pembiakan diperlukan untuk mempelajari sifat bakteri untuk dapat mengadakan identifikasi, determinasi, atau differensiasi jenis-jenis yang ditemukan.

Medium pembiakan terdiri dari :
1) Medium pembiakan dasar
Pembiakan dasar adalah medium pembiakan sederhana yang mengandung bahan yang umum diperlukan oleh sebagian besar mikroorganisme dan dipakai juga sebagai komponen dasar untuk membuat medium pembiakan lain. agar diperoleh apa yang dinamakan agar nutrisi atau bulyon agar.

2) Medium pembiakan penyubur (Euriched Medium)
Medium pembiakan penyubur dibuat dari medium pembiakan dasar dengan penambahan bahan lain untuk mempersubur pertumbuhan bakteri tertentu yang pada medium pembiakan dasar tidak dapat tumbuh dengan baik.

3) Medium pembiakan selektif
Medium pembiakan selektif digunakan untuk menyeleksi bakteri yang diperlukan dari campuran dengan bakteri-bakteri lain yang terdapat dalam bahan pemeriksaan.

2.4 Jamur
2.4.1 Definisi
Istilah jamur berasal dari bahasa Yunani, yaitu fungus (mushroom) yang berarti tumbuh dengan subur. Istilah ini selanjutnya ditujukan kepada jamur yang memiliki tubuh buah serta tumbuh atau muncul di atas tanah atau pepohonan (Tjitrosoepomo, 1991). Organisme yang disebut jamur bersifat heterotrof, dinding sel spora mengandung kitin, tidak berplastid, tidak berfotosintesis, tidak bersifat fagotrof, umumnya memiliki hifa yang berdinding yang dapat berinti banyak (multinukleat), atau berinti tunggal (mononukleat), dan memperoleh nutrien dengan cara absorpsi (Gandjar, et al., 2006).

Jamur mempunyai dua karakter yang sangat mirip dengan tumbuhan yaitu dinding sel yang sedikit keras dan organ reproduksi yang disebut spora. Dinding sel jamur terdiri atas selulosa dan kitin sebagai komponen yang dominan. Kitin adalah polimer dari gugus amino yang lebih memiliki karakteristik seperti tubuh serangg daripada tubuh tumbuhan. Spora jamur terutama spora yang diproduksi secara seksual berbeda dari spora tumbuhan tinggi secara penampakan (bentuk) dan metode produksinya (Alexopoulus dan Mimms, 1979).

2.4.2 Klasifikasi Jamur
Mc-Kane (1996) mengatakan setiap jamur tercakup di dalam salah satu dari kategori taksonomi, dibedakan atas dasar tipe spora, morfologi hifa dan siklus seksualnya. Kelompok-kelompok ini adalah: Oomycetes, Zygomycetes, Ascomycetes, Basidiomycetes dan Deuteromycetes. Terkecuali untuk deuteromycetes, semua jamur menghasilkan spora seksual yang spesifik. Berikut ini disajikan Tabel 1 untuk membedakan 5 kelompok jamur.

a. Oomycetes
Dikatakan sebagai jamur air karena sebagian besar anggotanya hidup di air atau di dekat badan air. Hanya sedikit yang hidup di darat. Miseliumnya terdiri atas hifa yang tidak bersekat, bercabang, dan mengandung banyak inti. Hidup sebagai saprofit dan ada juga yang parasit. Pembiakan aseksualnya dengan zoospora, dan dengan sporangium untuk yang hidup di darat. Pembiakan seksualnya dengan oospora. Beberapa contoh dari kelompok ini antara lain: Saprolegnia sp., Achya sp., Phytophtora sp (Alexopoulus dan Mimms, 1979).

b. Zygomycetes
Kelompok Zygomycetes terkadang disebut sebagai “jamur rendah” yang dicirikan dengan hifa yang tidak bersekat (coneocytic), dan berkembang biak secara aseksual dengan zigospora. Kebanyakan anggota kelompok ini adalah saprofit. Pilobolus, Mucor, Absidia, Phycomyces termasuk kelompok ini (Wallace, et al.,1986). Rhizopus nigricans adalah contoh dari anggota kelompok ini, berkembang biak juga melalui hifa yang koneositik dan juga berkonjugasi dengan hifa lain. Rhizopus nigricans juga mempunyai sporangiospora.

c. Ascomycetes
Golongan jamur ini dicirikan dengan sporanya yang terletak di dalam kantung yang disebut askus. Askus adalah sel yang membesar, yang di dalamnya terbentuk spora yang disebut askuspora. Setiap askus biasanya menghasilkan 2-8 askospora (Dwidjoseputro, 1978). Kelas ini umumnya memiliki 2 stadium perkembangbiakan yaitu stadium askus atau stadium aseksual.

d. Basidiomycetes
Basidiomycetes dicirikan memproduksi spora seksual yang disebut basidiospora. Kebanyakan anggota basiodiomycetes adalah cendawan, jamur payung dan cendawan berbentuk bola yang disebut jamur berdaging, yang spora seksualnya menyebar di udara dengan cara yang berbeda dari jamur berdaging lainnya. Struktur tersebut berkembang setelah fusi (penyatuan) dari dua hifa haploid hasil dari formasi sel dikaryotik. Sebuah sel yang memiliki kedua inti yang disumbangkan oleh sel yang kompatibel secara seksual. Sel-sel yang diploid membelah secara meiosis menghasilkan basidiospora yang haploid.

e. Deuteromycetes
Mc-Kane (1996) mengatakan, ada beberapa jenis jamur belum diketahui siklus reproduksi seksualnya (disebut fase sempurna). Jamur ini “tidak sempurna” karena belum ada spora seksual mereka yang ditemukan. Anggota kelompok ini berkembang biak dengan klamidospora, arthrospora, konidiospora, pertunasan juga terjadi. Deuteromycetes juga memiliki hifa yang bersekat (Tortora, et al., 2001).


2.4.3 Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan jamur

a. Kelembaban
Kelembaban tanah diartikan sebagai aktifitas air di dalam tanah (water activity). Rasio aktifitas air ini disebut juga kelembaban relatif (relatif humidity). Ketersediaan air di lingkungan sekitar jamur dalam bentuk gas sama pentingnya dengan ketersediaan air dalam bentuk cair. Hal ini menyebabkan hifa jamur dapat menyebar ke atas permukaan yang kering atau muncul di atas permukaan substrat (Carlile dan Watkinson, 1995).

b. Suhu
Menurut Carlile dan Watkinson (1995), suhu maksimum untuk kebanyakan jamur untuk tumbuh berkisar 30°C sampai 40°C dan optimalnya pada suhu 20°C sampai 30°C. Jamur- jamur kelompok Agaricales seperti Flummulina spp, Hypsigius spp, dan Pleurotus spp, tumbuh optimal pada suhu 22°C (Kaneko dan Sugara, 2001) dalam Panji (2004). Sementara jamur-jamur Coprinus spp, tumbuh optimal pada kisaran suhu 25°C sampai 28°C (Kitomoro, et al., 1999).

c. Intensitas cahaya
Umumnya cahaya menstimulasi atau menjadi faktor penghambat terhadap pembentukan struktur alat-alat reproduksi dan spora pada jamur. Walaupun prosesreproduksi memerlukan cahaya, hanya fase tertentu saja yang memerlukan cahaya, atau secara bergantian struktur berbeda di dalam sporokarp dapat memberi respon berbeda terhadap cahaya.

d. pH
Menurut Bernes, et al., (1998), jamur yang tumbuh di lantai hutan umumnya pada kisaran pH 4-9, dan optimumnya pada pH 5-6. Konsentrasi pH pada subsrat bisa mempengaruhi pertumbuhan meskipun tidak langsung tetapi berpengaruh terhadap ketersediaan nutrisi yang dibutuhkan atau beraksi langsung pada permukaan sel.

2.5 Parasit
Parasit menginvasi imunitas protektif dengan mengurangi imunogenisitas dan menghambat respon imun host. Parasit yang berbeda menyebabkan imunitas pertahanan yang berbeda.

1. Parasit mengubah permukaan antigen mereka selama siklus hidup dalam host vertebrata.
2. Parasit menjadi resisten terhadap mekanisme efektor imun selama berada dalam host.
3. Parasit protozoa dapat bersembunyi dari sistem imun dengan hidup di dalam sel host atau membentuk kista yang resisten terhadap efektor imun. Parasit dapat menyembunyikan mantel antigeniknya secara spontan ataupun setelah terikat pada antibodi spesifik. Parasit menghambat respon imun dengan berbagai mekanisme untuk masing-masing parasit.

2.6 Riketsia
Riketsia merupakan golongan bakteri, karena itu riketsia memiliki sifat yang sama dengan bakteri, termasuk bakteri Gram negatif. Riketsia mempunyai enzim yang penting untukmetabolisme. Dapat mengoksidasi asam piruvat, suksinat, dan glutamat serta merubah asam glutamat menjadi asam aspartat.Riketsia tumbuh dalam berbagai bagian dari sel. Riketsia prowazekii dan Riketsia typhi tumbuh dalam sitoplasma sel. Sedangkan golongan penyebab spotted fever tumbuh di dalam inti sel. Riketsia dapat tumbuh subur jika metabolisme sel hospes dalam tingkat yang rendah, misalnya dalam telur bertunas pada suhu 320 C. Pada umumnya riketsia dapat dimatikan dengan cepat pada pemanasan danpengeringan atau oleh bahan-bahan bakterisid.

2.7 Clamidia
Clamidia termasuk bakteri, memiliki ribosom, RNA, dan DNA, dinding sel dari peptidoglikan yang mengandung asam muramat. Dikenal juga dengan Miyagawanellla atau Bedsonia, termasuk Gram negatif, berukuran 0,2-1,5 mikron, berbentuk sferis, tidak bergerak dan merupakan parasit intrasel obligat. Clamidia berkembang melalui beberapa stadium mulai dari badanelementer yang infeksius, berbentuk sferis dengan garis tengah 0,2-0,4 mikron, memiliki satu inti dan sejumlah ribosom. Badanelementer kemudian berubah menjadi badan inisial dan kemudian badan intermedier. Siklus perkembangan Clamidia memakan waktu 24-48 jam. Clamidia mempunyai 2 jenis antigen yaitu antigen grup dan antigen spesies. Keduanya terdapat di dalam dinding sel. Antigen spesies tetap dalam dinding sel meskipun sebagian besar grup telah dilepaskan dengan fluorocarbon atau deoksikholat. Clamidia dapat dibeda-bedakan atas dasar patologenitas dan jenis hospes yang diserangnya. Dua spesies yang terpenting adalah

1. Clamidia psittaci, membentuk badan iklusi intrasitoplasma yang tersebar secara difus dan tidak mengandung glikogen. Penyebab penyakit Psitttacosis pada manusia, omitosisi pada burung dan lain-lain.
2. Clamidia trachomatis, membentuk badan iklusi intrasitoplasma yang padat dan mengandung glikogen. Dapat menyebabkan pneumonitis pada tikus. Pada manusia dapat menyebabkan penyakit trachoma, konjungtivitas induksi, non-spesifik, salpingitis, servistik, dan pneumonitis.

2.8 Agen Infeksi Opportunistik
Definisi Infeksi oportunistik adalah penyakit yang jarang terjadi pada orang sehat, tetapi menyebabkan infeksi pada individu yang sistem kekebalannya terganggu, termasuk infeksi HIV. Organisme-organisme penyakit ini sering hadir dalam tubuh tetapi umumnya dikendalikan oleh sistem kekebalan tubuh yang sehat. Ketika seseorang terinfeksi HIV mengembangkan infeksi oportunistik, tahapannya masuk ke diagnosis AIDS.

Penyebab utama morboditas dan mortilitas diantara pasien dengan stadium lanjutinfeksi HIV adalah infeksi oportunistik, yaitu infeksi berat yang diinduksi agen yang jarang menyebabkan penyakit serius pada individu yang imunikompeten. Infeksioportunistik biasanya tidak terjadi pada pasien yang terinfeksi HIV hingga jumlah sel T CD4 turun dari kadar normal sekitar 1.000 sel/μl menjadi kurang dari 200 sel/μl. Infeksi oportunistik yang paling sering terjadi pada pasien AIDS yang tidak dapatdiobati yaitu :

1. Protozoa: Toxoplasma gondii, Isospora belli, spesies cryptosporidium.
2. Fungi: Candida albicans, Cryptococcus neoformans,Coccidiodes immitis,Histoplasma capsulatum, Pneumocytis jiroveci.
3. Bakteri: Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium avium intracellulare,Listeria monocytogenes, spesies salmonella.
4. Virus: Cytomegalovirus, virus herpes simpleks, virus vacella zoster,adenovirus, virus poliomavirus JC, virus hepatitis B dan C


BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.1.1 Agen infeksius adalah mikroorganisme yang dapatmenimbulkan infeksi. Mikroorganisme yang termasuk dalam agen infeksi antara lain virus, bakteri, jamur, parasit, riketsia, dan clamidia.
3.1.2 Infeksi oportunistik adalah penyakit yang jarang terjadi pada orang sehat, tetapi menyebabkan infeksi pada individu yang sistem kekebalannya terganggu, termasuk infeksi HIV

3.2 saran
Demikian sedikit informasi dari kelompok 2. Tentu masih banyak sekali kekurangan yang jauh dari sempurna. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun masih sangat kami butuhkan demi kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi saat ini. Ucapan terima kasih layaknya pantas kami persembahkan bagi dosen pembimbing kami dan para pembaca. Terakhir, ucapan maaf yang sebesar – besarnya perlu kami ucapkan jika dalam penulisan ini kami banyak melontarkan kata – kata yang kurang berkenan.



DAFTAR PUSTAKA
Staf Penagajar FK UI, (1993). Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Binarupa Aksara
Pringngoutomo, S., Himawan, S. & Tjarta, A. (2002). Buku Ajar Patologi 1 (Umum). Jakarta: Sangung Seto.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35135/4/Chapter%20II.pdf
http://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/BAB_IV_virus.pdf
https://mikrobia2.files.wordpress.com/2008/05/rickettsia-typhi-new.pdf
http://digilib.unila.ac.id/5690/11/13.BAB%20II.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/55904/4/Chapter%20II.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20870/4/Chapter%20II.pdf




























































































MEMAHAMI KONSEP PROSES KEPERAWATAN


MAKALAH KONSEP KEPERAWATAN DASAR 2
MEMAHAMI KONSEP PROSES KEPERAWATAN


Pengkajian AsKep










Disusun Oleh:
KELOMPOK 1 :

Aidha Ismi Apriana (16142010006)
Ainul Yakin (16142010007)
R. Ratna Sari Dewi (16142010031)
Rudi Hartono (16142010034)
Fadilatur Rizki (16142010012) 

PROGRAMSTUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKES NGUDIA HUSADA MADURA
2016-2017

DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang ……………………………………………………..…3
1.2 Rumusan masalah ………………………………………………..........4
1.3 Tujuan masalah ………………………………………………………..4
1.4 Manfaat ………………………………………………………………5


BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Data Dasar dan Data Fokus ………………………………………........6
2.2 Metode Pengumpulan Data ……………………………………….........6
2.3 Sumber Data …………………………………………………………14
2.4 Tipe Pengkajian ………………………………………………………15
2.5 Tujuan Dokumentasi Pengkajian ………………………………………16
2.6 Jenis Pengelompokkan Pengkajian ………………………………15
2.7 Bentuk Format Dokumentasi Pengkajian ………………………17
2.8 Petunjuk Penulisan Dokumentasi Pengkajian ………………………18

BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan .............................................................................................19
3.2 Saran ........................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA


KATA PENGANTAR



Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia Nya Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini .
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun untuk perbaikan makalah di masa mendatang. Dalam kesempatan ini kami juga menyampaikan terima kasih yang tidak terhingga bapak Dosen yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini dan kepada kedua orang tua atas jerih payah dan doa yang tak henti-hentinya.

Bangkalan, 21 Februari 2017 

Semoga Allah SWT selalu meridhoi kehidupan kita, amin.



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 
Pelayanan keperawatan merupakan pelayanan professional dari pelayanan yang tersedia selama 24 jam secara berkelanjutan selama masa perawatan pasien. Dengan demikian, pelayanan keperawatan memegang peranan penting dalam upaya menjaga dan meningkatkan kualitas pelayanan di rumah sakit dan puskesmas. Pada saat pengkajiaan ini perawat harus menentukan data apa, berapa banyak dan dalamnya yang perlu dikaji pada awal pertemuan. Data awal ini merupakan dasar sehingga perawat mempunyai gambaran tentang keadaan klien dan masalah yang perlu ditangani saat itu.
Pencatatan proses keperawatan merupakan metode yang tepat umtuk pengambilan keputusan yang sistematis, problem solving, dan riset lebih lanjut. Dokumentasi proses keperawatan mencakup pengkajian, identifikasi masalah, perencanaan, dan tindakan. Perawat kemudian Mengobservasi dan mengevaluasi respon klien terhadap tindakan yang diberikan, dan mengkomunikasikan informasi tersebut kepada tenaga kesehatan lainnya.
Pengkajian meliputi pengumpulan meliputi informasi tentang kebutuhan pasien untuk mengidentifikasi diagnose keperawatan dan merencanakan asuhan keperawatan. Masalah, potensi cidera, potensi perawatan diri sendirisetelah pemulangan, dan kebutuhan penyuluhan pasien dan keluarga harus menjadi prioritas utama untuk pengkajian. Berbagai format untuk pengkajian masuk telah digunakan untuk menyusun dan mendokumentasiakan proses pengkajian. Pengkajian ulang terhadap informasi yang penting dilakukan pada waktu yang tepat, menunjukan penggunaan proses keperawatan.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarakan latar belakang diatas, kelompok dapat mengambil rumusan masalah sebagai berikut, yaitu: 
1. Apa Pengertian data dasar dan data fokus ?
2. Apa saja metode pengumpulan data ?
3. Apa saja sumber data ?
4. Apa saja tipe pengkajian ?
5. Apa tujuan dokumentasi pengkajian ?
6. Bagaimana jenis pengelompokan pengkajain ?
7. Apa saja bentuk format dokumentasi pengkajian ?
8. Bagaimana petunjuk penulisan dokumentasi pengkajian ?

1.3 Tujuan 
Berdasarakan rumusan masalah diatas, kelompok dapat mengambil tujuan masalah sebagai berikut, yaitu: 
1.3.1. Tujuan Khusus 
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Dasar 3

1.3.2. Tujuan Umum 
1. Untuk mengetahui Pengertian data dasar dan data fokus 
2. Untuk mengetahui metode pengumpulan data 
3. Untuk mengetahui sumber data 
4. Untuk mengetahui tipe pengkajian 
5. Untuk mengetahui tujuan dokumentasi pengkajian 
6. Untuk mengetahui jenis pengelompokan pengkajian 
7. Untuk mengetahui bentuk format dokumentasi pengkajain 
8. Untuk mengetahui petunjuk penulisan dokumentasi pengkajian

1.4 Manfaat 
Dapat mengetahui dan memahami proses dokumentasi pengkajian yang meliputi data dasar dan data fokus, metode pengumpulan data, sumber data, tipe pengkajian, tujuan dokumentasi pengkajian, jenis pengelompokan pengkajian, bentuk format dokumentasi pengkajian dan petunjuk penulisan dokumentasi pengkajian.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Data Dasar dan Data Fokus
a) Data Dasar 
Pengkajian data dasar merupakan kegiatan yang komprehensif dan menghasilkan kumpulan data mengenai kesehatan klien, kemampuan klien untuk mengelola kesehatan dan perawatan terhadap dirinya sendiri, serta hasil konsultasi media (terapist) atau profesi kesehatan lainnya.

b) Data Fokus 
Merupakan data tentang perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya serta mencakup data – data yang berhubungan dengan asuhan keperawatan yang akan dilakukan pada klien.

2.2 Metode Pengumpulan Data
Agar data dapat terkumpul dengan baik dan terarah, sebaiknya dilakukan penggolongan atau klasifikasi data berdasarkan identitas klien, keluhan utama, riwayat kesehatan, keadaan fisik, psikologis, sosial, spiritual, intelegensi, hasil-hasil pemeriksaan dan keadaan khusus lainnya.
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data pada tahap pengkajian adalah Wawancara (Interview), Pengamatan (Observasi), dan Pemeriksaan fisik (Physical Assessment)

2.2.1 Wawancara/ Komunikasi yang efektif
Biasa juga disebut dengan anamnesa adalah menanyakan atau tanya jawab yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi klien dan merupakan suatu komunikasi yang direncanakan. Dalam berkomunikasi ini perawat mengajak klien dan keluarga untuk bertukar pikiran dan perasaannya yang diistilahkan teknik komunikasi terapeutik.
Teknik tersebut mencakup keterampilan secara verbal maupun non verbal, empati dan rasa kepedulian yang tinggi. Teknik verbal meliputi pertanyaan terbuka maupun tertutup, menggali jawaban dan memvalidasi respon klien. Teknik non verbal meliputi mendengarkan secara aktif, diam, sentuhan dan kontak mata. Mendengarkan secara aktif merupakan suatu hal yang perlu dilatih.

Unsur-unsur yang penting dalam mendengarkan secara aktif yaitu :
a) Memperhatikan pesan yang disampaikan
b) Mengurangi hambatan-hambatan
c) Suara yang gaduh (suara radio, tv, pembicaraan di luar)
d) Kurangnya privasi
e) Adanya interupsi dari perawat lain
f) Perasaan terburu-buru
g) Klien merasa cemas, nyeri, mengantuk
h) Perawat sedang memikirkan hal lain / tidak fokus ke klien
i) Klien tidak senang dengan perawat atau sebaliknya
j) Posisi duduk sebaiknya berhadapan, dengan jarak yang sesuai.
k) Mendengarkan penuh dengan perasaan terhadap setiap yang dikatakan klien
l) Memberikan kesempatan klien istirahat

2.2.2 Tujuan Wawancara :
a) Mendapatkan informasi yang di perlukan.
b) Meningkatkan hubungan perawat – klien dalam komunikasi.
c) Membantu klien untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan.
d) Membantu perawat untuk menentukan investigasi lebih lanjut selama pengkajian.

2.2.3 Tahapan Wawancara / Komunikasi :
1. Persiapan
Sebelum melakukan komunikasi dengan klien, perawat harus melakukan persiapan dengan membaca status klien. Perawat diharapkan tidak mempunyai prasangka buruk terhadap klien, karena akan mengganggu dalam membina hubungan saling percaya dengan klien.
Jika klien belum bersedia untuk berkomunikasi, perawat tidak boleh memaksa, atau memberi kesempatan kapan klien sanggup. Pengaturan posisi duduk dan teknik yang akan digunakan dalam wawancara harus disusun sedemikian rupa guna memperlancar wawancara.

2. Pembukaan atau perkenalan
Langkah pertama perawat dalam mengawali wawancara adalah dengan memperkenalkan diri : nama, status, tujuan wawancara, waktu yang diperlukan dan faktor-faktor yang menjadi pokok pembicaraan. Perawat perlu memberikan informasi kepada klien mengenai data yang terkumpul dan akan disimpan dimana, bagaimana menyimpannya dan siapa saja yang boleh mengetahuinya.

3. Isi / tahap kerja
a) Fokus wawancara adalah klien
b) Mendengarkan dengan penuh perhatian.
c) Menanyakan keluhan yang paling dirasakan oleh klien
d) Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh klien
e) Gunakan pertanyaan terbuka dan tertutup tepat pada waktunya
f) Bila perlu diam, untuk memberikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya
g) Jika situasi memungkinkan kita dapat memberikan sentuhan terapeutik, yang bertujuan untuk memberikan dorongan spiritual, merasa diperhatikan.

4. Terminasi
Perawat mempersiapkan untuk penutupan wawancara. Untuk itu klien harus mengetahui kapan wawancara akan berakhir dan tujuan dari wawancara pada awal perkenalan, sehingga diharapkan pada akhir wawancara perawat dan klien mampu menilai keberhasilan dan dapat mengambil kesimpulan bersama. Jika diperlukan, perawat perlu membuat perjanjian lagi untuk pertemuan berikutnya.

Jadi, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan wawancara dengan klien adalah:
a) Menerima keberadaan klien sebagaimana adanya
b) Memberikan kesempatan kepada klien untuk menyampaikan keluhan-keluhannya / pendapatnya secara bebas
c) Dalam melakukan wawancara harus dapat menjamin rasa aman dan nyaman bagi klien
d) Perawat harus bersikap tenang, sopan dan penuh perhatian
e) Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
f) Tidak bersifat menggurui
g) Memperhatikan pesan yang disampaikan
h) Mengurangi hambatan-hambatan
i) Posisi duduk yang sesuai (berhadapan, jarak tepat/sesuai, cara duduk)
j) Menghindari adanya interupsi
k) Mendengarkan penuh dengan perasaan
l) Memberikan kesempatan istirahat kepada klien

2.2.4 Macam Wawancara :
1. Auto anamnesa : wawancara dengan klien langsung
2. Allo anamnesa : wawancara dengan keluarga / orang terdekat.

Teknik Pengumpulan Data Yang Kurang Efektif :
1. Pertanyaan tertutup : tidak ada kebebasan dalam mengemukakan pendapat / keluhan / respon. misalnya : “Apakah Anda makan tiga kali sehari ?“
2. Pertanyaan terarah : secara khas menyebutkan respon yang diinginkan. Misalnya : “……………. Anda setuju bukan?”
3. Menyelidiki : mengajukan pertanyaan yang terus-menerus
4. Menyetujui / tidak menyetujui. Menyebutkan secara tidak langsung bahwa klien benar atau salah. Misalnya : “Anda tidak bermaksud seperti itu kan?”

Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadap rangsangan dari lingkungan, tingkat kesadaran dibedakan menjadi:
Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya..
Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.
Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri.
Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).

Perubahan tingkat kesadaran dapat diakibatkan dari berbagai faktor, termasuk perubahan dalam lingkungan kimia otak seperti keracunan, kekurangan oksigen karena berkurangnya aliran darah ke otak, dan tekanan berlebihan di dalam rongga tulang kepala.

Adanya defisit tingkat kesadaran memberi kesan adanya hemiparese serebral atau sistem aktivitas reticular mengalami injuri. Penurunan tingkat kesadaran berhubungan dengan peningkatan angka morbiditas (kecacatan) dan mortalitas (kematian).
Jadi sangat penting dalam mengukur status neurologikal dan medis pasien. Tingkat kesadaran ini bisa dijadikan salah satu bagian dari vital sign.

2.2.5 Observasi
Tahap kedua dalam pengumpulan data adalah pengamatan, dan pada praktiknya kita lebih sering menyebutnya dengan observasi. Observasi adalah mengamati perilaku dan keadaan klien untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan dan keperawatan klien.

Tujuan dari observasi adalah mengumpulkan data tentang masalah yang dihadapi klien melalui kepekaan alat panca indra.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan observasi :

a) Tidak selalu pemeriksaan yang akan kita lakukan dijelaskan secara rinci kepada klien (meskipun komunikasi terapeutik tetap harus dilakukan), karena terkadang hal ini dapat meningkatkan kecemasan klien atau mengaburkan data (data yang diperoleh menjadi tidak murni). Misalnya : “Pak, saya akan menghitung nafas Bapak dalam satu menit“ kemungkinan besar data yang diperoleh menjadi tidak valid, karena kemungkinan klien akan berusaha untuk mengatur nafasnya.
b) Menyangkut aspek fisik, mental, sosial dan spiritual klien.
c) Hasilnya dicatat dalam catatan keperawatan, sehingga dapat dibaca dan dimengerti oleh perawat yang lain.

Contoh kegiatan observasi misalnya : 
terlihat adanya kelainan fisik, adanya perdarahan, ada bagian tubuh yang terbakar, bau alkohol, urin, feses, tekanan darah, heart rate, batuk, menangis, ekspresi nyeri, dan lain-lain.

2.2.6 Pemeriksaan Fisik
Tahap ketiga dalam pengumpulan data adalah pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik dalam keperawatan digunakan untuk mendapatkan data objektif dari riwayat keperawatan klien. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan bersamaan dengan wawancara. Fokus pengkajian fisik keperawatan adalah pada kemampuan fungsional klien. Misalnya , klien mengalami gangguan sistem muskuloskeletal, maka perawat mengkaji apakah gangguan tersebut mempengaruhi klien dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari atau tidak.

Tujuan dari pemeriksaan fisik dalam keperawatan adalah untuk menentukan status kesehatan klien, mengidentifikasi masalah klien dan mengambil data dasar untuk menentukan rencana tindakan keperawatan.

Ada 4 teknik dalam pemeriksaan fisik yaitu :

1. Inspeksi 
Inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang diperiksa melalui pengamatan. Cahaya yang adekuat diperlukan agar perawat dapat membedakan warna, bentuk dan kebersihan tubuh klien. Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk, posisi, simetris. Dan perlu dibandingkan hasil normal dan abnormal bagian tubuh satu dengan bagian tubuh lainnya. Contoh : mata kuning (ikterus), terdapat struma di leher, kulit kebiruan (sianosis), dan lain-lain.

2. Palpasi
Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan indera peraba. Tangan dan jari-jari adalah instrumen yang sensitif digunakan untuk mengumpulkan data, misalnya tentang : temperatur, turgor, bentuk, kelembaban, vibrasi, ukuran.

Langkah-langkah yang perlu diperhatikan selama palpasi :
· Ciptakan lingkungan yang nyaman dan santai.
· Tangan perawat harus dalam keadaan hangat dan kering
· Kuku jari perawat harus dipotong pendek.
· Semua bagian yang nyeri dipalpasi paling akhir.
Misalnya : adanya tumor, oedema, krepitasi (patah tulang), dan lain-lain.

3. Perkusi 

Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri kanan) dengan tujuan menghasilkan suara.
Perkusi bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk dan konsistensi jaringan. Perawat menggunakan kedua tangannya sebagai alat untuk menghasilkan suara.
Adapun suara-suara yang dijumpai pada perkusi adalah :
Sonor : suara perkusi jaringan yang normal.
Redup : suara perkusi jaringan yang lebih padat, misalnya di daerah paru-paru pada pneumonia.
Pekak : suara perkusi jaringan yang padat seperti pada perkusi daerah jantung, perkusi daerah hepar.
Hipersonor/timpani : suara perkusi pada daerah yang lebih berongga kosong, misalnya daerah caverna paru, pada klien asthma kronik.

4. Auskultasi
Auskultasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.

2.3 Sumber Data
Sumber data yang di ambil dalam pengkajian dapat bersumber dari :
1. Sumber Data Primer 
Klien adalah sumber data primer dan perawat dapat menggali informasi yang sebenarnya mengenai masalah kesehatan klien.
2. Sumber Data Sekunder 
Informasi ini dapat diperoleh dari orang tua, suami atau istri, dan teman klien. 
3. Sumber Data Tersier 
a. Catatan klien 
Catatan klien yang sudah ditulis oleh anggota tim kesehatan yang digunakan sebagai sumber informasi dala riwayat keperawatan.
b. Riwayat Penyakit Klien 
Pemeriksaan fisik dan catatan perkembangan merupakan riwayat penyakit yang diperoleh dari terapis
c. Konsultasi
Kadang – kadang terapis memerlukan konsultasi dengan anggota tim kesehatan spesialis untuk menentukan diagnosis medis atau dalam merencanakan atau melakukan tindakan medis.
d. Hasil Pemeriksaan Diagnostik 
Hasil pemeriksaan lab dan tes diagnostik dapat menentukan diagnosis dan membantu mengevaluasi keberhasilan dari tindakan keperawatan. 
e. Catatan Medis Dari Anggota Tim Kesehatan lainnya
Catatan kesehatan terdahulu dapat dipergunakan sebagai sumber informasi yang dapat mendukung rencana tindakan keperawatan. 
f. Perawat Lain 
Jika klien adaalh rujukan dari pelayanan kesehatan lain maka perawat harus meminta informasi kepada perawat yang telah merawat sebelumnya.
g. Kepustakaan 
Untuk memperoleh data dasar klien yang komprehensif, perawat dapat membaca literature yang berhubungan dengan masalah klien.

2.4 Tipe Pengkajian
Ada 2 tipe data pada pengkajian yaitu :
1. Data Subjektif 
Yaitu data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap penyakitnya, situasi dan kejadian. Data ini di dapatkan dari riwayat keperawatan termasuk persepsi klien, perasaan dan ide tentang status kesehatannya.
Misalnya : penjelasan klien tentang nyeri, lemah frustasi, mual, malu dan sebagainya. 

2. Data Objektif 

Adalah data yang didapat dari hasil observasi dan pengukuran yang dilakukan oleh tenaga kesehatan. 

Misalnya : frekuensi pernafasan, tekanan darah, edema, dan berat badan.

2.5 Tujuan dokumentasi pengkajian
Tujuan pengkajian adalah :
ü Mengidentifikasi dan mendapatkan data yang sesuai tentang pasien.

ü Dasar menentukan diagnosa keperawatan

ü Untuk meyakinkan garis dasar informasi yang ada dan untuk bertindak sebagai poin refernesi dalam mengukur perubahan yang terjadi pada kondisi kesehatan klien.

ü Untuk menggabungkan dan mengorganisasi data dan beberapa sumber yang dikumpulkan menjadi satu sehingga masalah kesehatan klien dapat dianalisis dan diidentifikasi.

2.6 Jenis Pengelompokkan Pengkajian


1. Pengkajian Awal 

v Dilakukan ketika pasien masuk rumah sakit

v Perawat mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami pasien, dengan mengumpulkan data umum dan khusus dapat memudahkan perencanaan tindakan.

2. Pengkajian kontinu / lanjutan ( Ongoing assessment ) 

v Merupakan penggambar, data dasar

v Berupa tes diagnostic dan tes lainnya untuk mendukung diagnose.

3. Pengkajian Ulang ( Reassement )

v Pengkajian yang didapat selama evaluasi

Mengevaluais kemajuan kesehatan pasien, dan pengembangan data dasar pasien.

2.7 Bentuk Format Dokumentasi Pengkajian
Format pengkajian keperawatan

Format pengkajian masuk biasanya terbagi menjadi 3 jenis yaitu : Pengkajian terbuka, pengkajian tertutup dan pengkajian fisik. 

1 Pengkajian Terbuka ( format terbuka )

Format ini biasanya berupa daftar system yang diikuti oleh baris – baris kosong tempat perawat menuliskan informasi tentang keluhan spesifik klien dan juga gejala yang disangkal klien. Pendekatan ini digunakan berdasarkan pada asumsi bahwa perawat mengetahui tentang jenis pertanyaan yang harus diajukan untuk setiap katagori. Keuntungan dari jenis format ini adalah perawat dapat mencatat informasi klien secara spesifik dengan penggunaan tempat yang paling efesien. Dan salah satu kekurangannya dari pendekatan ini adalah bahwa pertanyaan perawat akan bervariasi berdasarkan tingkat pengetahuannya dan mengisi baris – baris kosong lebih menghabiskan waktu dari pada memberi tanda pada serangkain kotak

2 Pengkajian Tertutup ( format tertutup )

Format pengkajian ini berisi petunjuk spesifik atau pertanyaan yang dirancanag untuk mengkaji setiap system tubuh. Format ini biasanya berisi sejumlah gejala pada setiap tubuh, yang masing – masing disertai sebuah kotak untuk diberi tanda jika gejala tersebut ada. Selain itu ruang kosong juga harus disediakan untuk penjelasan yang mendetail jika pasien menegaskan bahwa terdapat gejala spesifik dalam system tersebut.

a. Tipe format pengkajian

1.Open - ended 
•bersifat tradisional
•pengisiannya berupa narasi
•Keuntungan: dapat dengan cepat dituliskan keluhan utama / spesifik saat pengkajian
•Kerugian: karena pengisiannya narasi maka tiap perawat bertanya dan mengisi berbeda-beda ( tidak standard )

2. Format cek list
•Pengisiannya dengan memberi tanda / memilih data yang sesuidengan kondisi pasien
•Keuntungan: pertanyaannya standard, dapat untuk memasukan datadengan cepatc.

3. Format cek list terintegrasi
•Merupakan bentuk format yang terintegrasi antara data pengkajian( yg berupa cek list ) dengan diagnosa yang sesuai dengan datayang ada ( berupa cek list juga )
•Keuntungan: terfokus
•Memfasilitasi pengambilan keputusan klinis
•Kombinasi data list dan problem list


2.8 Petunjuk Penulisan Dokumentasi Pengkajian
1. Gunakan format yang terorganisasi yang telah ada 
2. Catat infromals dan nilai – nilai opini pribadi
3. Masukkan pertanyaan yang mendukung pasien
4. Jabarkan hasil observasi 
5. Ikuti prosedur yang ada untuk pengkajian 
6. Tulis data secara ringkas




BAB III

PENUTUP 

3.1 Kesimpulan 

Dokumentasi merupakan catatan otentik dalam penerapan manajemen asuhan keperawatan profesional. Perawat profesional diharapkan dapat menghadapi tuntutan tanggung jawab dan tanggung gugat terhadap segala tindakan yang dilaksanakan. Kesadaran masyarakat terhadap hukum semakin meningkat sehingga dokumentasi yang lengkap dan jelas sangat dibutuhkan.


Proses pengkajian ini tidak dihentikan dalam kegiatan asuhan keperawatan selanjutnya pengkajian ini terus dilakukan selama klien dirawat selama terjadi perubahan dan adanya informasi baru. Dasar utama dalam melakukan pengkajian adalah akurat, lengkap dan sesuai dengan kenyataan. 


3.2 Saran 


Demikian sedikit informasi dari kelompok 3. Tentu masih banyak sekali kekurangan yang jauh dari sempurna. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun masih sangat kami butuhkan demi kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi saat ini. Ucapan terima kasih layaknya pantas kami persembahkan bagi dosen pembimbing kami dan para pembaca. Terakhir, ucapan maaf yang sebesar – besarnya perlu kami ucapkan jika dalam penulisan ini kami banyak melontarkan kata – kata yang kurang berkenan.




DAFTAR PUSTAKA



Nursalam, 2009. Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik. Jakarta : Salemba Medika.


















Masa Revolusi Fisik Indonesia (1945-1950)


MAKALAH PANCASILA

Masa Revolusi Fisik Indonesia (1945-1950)



Disusun Oleh:

KELOMPOK 1 :

Aidha Ismi Apriana              
Ainul Yakin                           
Sahri Husairi                          
Candra                                    
Ayun                                       
Firda                                        
Fadilatur                                  
Nurul                                       
Tube                                       
Ilham
Agus Zaini
 















PROGRAMSTUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES NGUDIA HUSADA MADURA

2016-2017

 
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang            ………………………………………………
1.2  Rumusan Masalah       ………………………………………………
1.3  Tujuan             ………………………………………………………
1.4  Manfaat           ………………………………………………………
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Kondisi Masyarakat pada Awal Revolusi Fisik          ……………...
2.2  Kondisi Sosial Budaya Pada Masa Revolusi Fisik ………………..
2.3  latar belakang berdirinya Laskar Putri Indonesia………………......
2.4  Berakhirnya Revolusi Fisik ……………………………………….
BAB 3 PENUTUP
3.1  Kesimpulan     ……………………………………………………..
3.2  Saran   ……………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA









1.1  Latar Belakang
Revolusi fisik tahun 1945-1949 di Indonesia telah menguras tenaga seluruh rakyat Indonesia, baik laki-laki, wanita, yang tua maupun muda semuanya turut bahu-membahu berjuang di garis depan. Pada masa revolusi ini, tidak sedikit kaum wanita menunjukkan kemampuannya untuk ikut berjuang bersama para gerilyawan Republik Indonesia. Sejalan dengan pekik kemerdekaan, kaum wanita sebagai bagian dari bangsa secara spontan memberikan sambutan dan dukungannya dengan menyumbangkan tenaga maupun pemikiran. Waktu itu, rakyat merupakan kekuatan utama dalam menghadapi musuh.
Revolusi nampaknya mendorong lahirnya kelompok atau organisasi pejuang wanita, kelompok-kelompok atau laskar-laskar wanita tersebut turut berpartisipasi aktif dalam kancah perjuangan. Keputusan untuk mendirikan kelompok perjuangan ini tentu merupakan langkah yang cukup berani. Melihat prespektif umum masyarakat bahwa wanita adalah makhluk yang lemah, Tugasnya hanya berkutat di dapur, sumur, dan kasur. Bahkan untuk struktur kekerabatan dengan fungsi dan perannya telah diatur serta dibatasi oleh adat.Satu kondisi yang seperti itulah gerak wanita menjadi sangat terbatas, namun pada masa revolusi fisik kemampuan mereka tidak lagi dipandang sebelah mata.
Setelah Jepang meninggalkan Indonesia organisasi-organisasi wanita bentukan Jepang dihapuskan dan diganti dengan organisasi bentukan pemerintah Indonesia. Berbagai organisasi wanita bermunculan mulai dari kegiatan sosial, pendidikan, bahkan kemiliteran. Hal tersebut didukung dengan tumbuhnya semangat revolusi yang menggebu di hati rakyat Indonesia. Pada bidang kemiliteran kemudian banyak berdiri kelaskaran kelaskaran wanita, sebagian besar anggotanya adalah pemudi. Diantara laskar-laskar wanita di Indonesia terdapat Laskar Wanita Indonesia Bandung, Laskar Pocut Baren Aceh, Laskar Muslimat Palembang, dan Laskar Putri Indonesia Surakarta.2 Lahirnya laskar-laskar wanita tersebut membuktikan bahwa mereka juga ingin menjadi bagian dari revolusi atau “menjadi Republikan”.
Zaman revolusi fisik (1945-1950) merupakan suatu zaman yang paling cemerlang dalam sejarah Indonesia, hak-hak Indonesia akan kemerdekaan ditunjukkan oleh pengorbanan-pengorbanan yang luar biasa oleh bangsa Indonesia. Revolusi yang menjadi alat tercapainya kemerdekaan bukan hanya merupakan suatu kisah sentral dalam sejarah Indonesia melainkan merupakan suatu unsur yang kuat di dalam persepsi bangsa Indonesia itu sendiri.  Semua usaha yang tidak menentu untuk mencari identitas-identitas baru, untuk persatuan dalam menghadapi kekuasaan asing, dan untuk suatu tatanan sosial yang lebih adil akhirnya membuahkan hasil pada masa-masa sesudah perang dunia II. Untuk pertama kalinya di dalam kehidupan kebanyakan rakyat Indonesia segala sesuatu yang serba paksaan yang berasal dari kekuasaan asing hilang secara tiba-tiba. Tradisi nasional yang mengatakan bahwa rakyat Indonesia berjuang bahu-membahu selama revolusi hanya merupakan sedikit dasar sejarah (Ricklefs, 1991: 317).
Kedaulatan dan persatuan bangsa masih harus terus diuji karena masih adanya ancaman dari luar negeri seperti dari Belanda yang mengandalkan tentara NICA. Begitu pula dari dalam negeri belum sepenuhnya stabil karena adanya ancaman keamanan dimana-mana. Mengenai orang-orang Indonesia yang mendukung revolusi, maka ditarik perbedaan-perbedaan antara kekuatan-kekuatan perjuangan bersenjata dan kekuatan-kekuatan diplomasi, antara mereka yang mendukung revolusi dan mereka yang menentangnya, antara generasi muda dan generasi tua, antara golongan kiri dan golongan kanan, antara kekuatan-kekuatan islam dan kekuatan-kekkuatan sekuler, dan sebagainya. Hal ini merupakan suatu gambaran mengenai suatu masa ketika perpecahan-perpecahan yang menimpa bangsa Indonesia berbentuk beraneka ragam dan terus-menerus berubah.  Sedangkan, bagi para pemimpin revolusi Indonesia, tujuannya adalah melengkapi dan menyempurnakan proses penyatuan dan kebangkitan nasional yang telah dimulai empat dasawarsa sebelumnya.

1.2  Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana Kondisi Masyarakat pada Awal Revolusi Fisik ?
1.2.2 Bagaimana Kondisi Sosial Budaya Pada Masa Revolusi Fisik ?
1.2.3 Bagaimana Latar belakang berdirinya Laskar Putri Indonesia ?
1.2.3 Bagaimana Berakhirnya Revolusi Fisik ?

1.3  Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
            Untuk memenuhi tugas mata kuliah
1.3.1 Tujuan Khusus
            a. Untuk Mengetahui Kondisi Masyarakat Pada Awal Revolusi Fisik
            b. Untuk Mengetahui Kondisi Sosial Budaya Pada Masa Revolusi Fisik
            c. Untuk Mengetahui Latar Belakang Berdirinya Laskar Putri Indonesia
            d. Untuk Mengetahui Berakhirnya Revolus Fisik
1.4  Manfaat
Dengan tersusunnya makalah ini kita bisa mengetahui bagaimanaKondisi Masyarakat Pada Awal Revolusi Fisik, Kondisi Sosial Budaya Pada Masa Revolusi Fisik, Latar Belakang Berdirinya Laskar Putri Indonesia, dan Berakhirnya Revolus Fisik.





BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Kondisi Masyarakat pada Awal Revolusi Fisik
Laksamana Patterson (komandan garis belakang Skuadron Tempur kelima Inggris) pada tanggal 29 september 1945 mengumumkan bahwa pasukan-pasukan sekutu datang untuk melindungi rakyat dan untuk memulihkan keamanan dan ketertiban hingga pemerintah Hindia Belanda yang berwenang berfungsi kembali. Pada hari yang sama, letnan jenderal Sir Philip Christison (panglima sekutu untuk Hindia Belanda) mengumumkan bahwa pasukan jepang di jawa sementara harus dipakai untuk memulihkan keamanan dan ketertiban. Pengumuman ini segera diikuti oleh pendaratan kontinen-kontinen kecil pasukan Belanda dibawah perlindungan Inggris (Kahin, 1995: 180).
Aktivitas pasukan Ingris yang terus mendarat dibawah perlindungan inggris dan pengumuman-pengumuman inggris yang kurang tegas, secara bersama-sama menunjukkan kepada kebanyakan orang Indonesia, bahwa pernyataan tegas kemerdekaan mereka sedang ditantang dan ini memancing reaksi mereka yang tajam. Komando sekutu memerintahkan para komandan jepang untuk menyerang dan merebut kembali kota-kota yang sudah dikuasai orang Indonesia, seperti Bandung. Dipakainya pasukan jepang oleh sekutu untuk melawan republic selanjutnya mendorong orang Indonesia untuk melawan Inggris sekaligus Belanda, dan memperkuat kecurigaan mereka bahwa Indonesia ingin dikembalikan kepada status penjajahan (kahin, 1995: 182).
Meskipun Inggris dilengkapi dengan pesawat-pesawat terbang dan meriam dalam pertempuran yang lama dan pahit serta akhirnya menguasai kota, perang itu tetap dan masih dianggap suatu kemenangan oleh orang Indonesia, karena pertempuran Surabaya adalah titik balik dalam perjuangan kemerdekaan mereka. Ini merupakan suatu demonstrasi di hadapan inggris tentang kekuatan berperang dan kesediaan mengorbankan jiwa raga yang ada di balik gerakan yang sedang ditentang inggris itu (Kahin, 1995: 182).
Pertempuran di Surabaya membuka jalan bagi diadakannya perundingan-perundingan diplomatik selama tahun 1946 dan awal tahun 1947 antara Belanda dan Indonesia.
Sebenarnya pada masa ini adalah saat ketiga kalinya Belanda bermaksud menaklukan Indonesia. Usaha yang pertama, pada abad XVII dan XVIII, telah berakhir dengan penarikan mundur di pihak mereka dalam menghadapi perlawanan  bangsa Indonesia serta ketidakcakapan mereka sendiri, dan akhirnya dengan dikalahkannya mereka oleh pihak Inggris. Yang kedua, yaitu pada abad XIX dan awal abad abad XX, telah berakhir dengan dikalahkannya mereka oleh pihak jepang. Dan masa ini adalah percobaan untuk ketiga kalinya, pada masa ini masyarakat lebih bersatu dari sebelumnya. Akan tetapi, sistem perhubungan yang buruk, perpecahan-perpecahan internal, lemahnya kepemimpinan pusat, dan perbedaan kesukuan mengandung arti bahwa sebenarnya revolusi tersebut merupakan suatu kejadian yang terpotong-potong.

2.2  Kondisi Sosial Budaya Pada Masa Revolusi Fisik
Dengan mulai tibanya pihak sekutu guna menerima penyerahan jepang, maka semakin meningkatlah ketegangan-ketegangan di jawa dan sumatera serta mendorong orang-orang yang sepenuh hati mendukung Republik untuk berbalik melawan. Atas nama ‘kedaulatan rakyat’ para pemuda revolusioner mengintimidasi, menculik, dan kadang-kadang membunuh para pejabat pemerintahan, kepala-kepala desa, dan anggota-anggota polisi yang kesetiaannya disangsikan, atau yang dituduh melakukan korupsi, pencatutan, atau penindasan selama pendudukan jepang. Dalam kekacauan ini tindakan-tindakan atas nama kedaulatan kadang-kadang sulit dibedakan dari tindakan-tindakan perampokan, perampasan, pemerasan, dan pembalasan dendam semata. “Semangat merdeka menyala-nyala, sehingga menyebabkan mereka kurang dapat mengendalikan diri.” (Moedjanto, 1993:100).

Surabaya menjadi ajang pertempuran yang paling hebat selama revolusi, sehingga menjadi lambang perlawanan nasional. Soetomo, orang yang lebih dikenal dengan Bung Tomo meggunakan radio setempat untuk menimbulkan suasana revolusi yang fanatik ke seluruh penjuru kota. Di kota yang sedang bergolak ini kira-kira 6.000 pasukan inggris yang terdiri dari serdadu-serdadu india tiba pada tanggal 2 Oktober untuk mengungsikan para tawanan. Sekitar 2.000 TKR yang baru saja terbentuk dan sebanyak kurang lebih 120.000 orang dari badan-badan perjuangan siap untuk membantai prajurit-prajurit India tersebut, meskipun persenjataan mereka sangat tidak memadai. Pada tanggal 30 oktober diadakanlah gencatan senjata. Akan tetapi pertempuran meletus lagi dan panglima pasukan inggris setempat, brigadier jenderal A.W.S. Mallaby terbunuh. Pada tanggal 10 November subuh, pasukan-pasukan inggris memulai suatu aksi pembersihan berdarah sebagai hukuman di seluruh pelosok kota di bawah lindungan pengeboman dari udara dan laut, dalam menghadapi perlawanan Indonesia yang fanatik. Ribuan rakyat Indonesia gugur dan ribuan lainnya meninggalkan ota yang hancur tersebut.
Pihak  Republik kehilangan banyak tenaga manusia dan senjata dalam pertempuran Surabaya, tetapi perlawanan mereka yang bersifat pengorbanan tersebut telah menciptakan suatu lambang dan pekik persatuan demi revolusi. Banyak orang Belanda telah benar-benar merasa yakin bahwa Republik hanya mewakili segerombolan kolaborator yang tidak mendapat dukungan rakyat.  Tak seorangpun pengamat yang serius dapat mempertahankan anggapan seperti itu. Kepercayaan kekebalan, ramalan-ramalan dan tradisi-tradisi pribumi lain, mendalamnya ketegangan-ketegangan sosial pribumi atau daya tarik kekerasan bagi rakyat Indonesia, membuat gagasan mengenai suatu revolusi sosialis internasional yang akan bersifat demokratis, anti bangsawan, dan anti fasis sulit diterapkan di Indonesia.
Keadaan di dalam Republik di Jawa pada tahun 1948 sangat gawat. Kekuasaan republik secara efektif terdesak ke wilayah pedalaman Jawa Tengah yang sangat padat peduduknya dan kekurangan beras, dimana penderitaan semakin meningkat sebagai akibat blokade belanda dan masuknya sekitar enam juta pengungsi dan tentara republik. Pemerintah Republik mencetak lebih banyak uang lagi untuk menutup biaya sehingga inflasi pun melonjak. Akan tetapi, tindakan ini bukannya tanpa akibat-akibat yang menguntungkan. Dengan meningkatnya inflasi dan harga beras, maka meningkat pula penghasilan para petani dan sebagian besar hutang mereka dapat dilunasi, sementara penghasilan para pekerja merosot.
Pada tanggal 29 Agustus 1947 secara sepihak mereka memproklamirkan apa yang dinamakan “garis van mook”. Menurut garis Van Mook, republik itu dibatasi hingga lebih sedikit dari sepertiga wilayah jawa – wilayah tengah bagian timur (dikurangi pelabuhan-pelabuhan parairan laut-dalam) dan ujung yang paling utara dari pulau itu. Separuh Madura, dan bagian paling luas tetapi paling miskin dari Sumatera.
Garis van Mook menyingkirkan Republik itu dari wilayah-wilayah pertanian paling subur di Jawa maupun sumatera. Akan tetapi khusus di Jawa, situasinya sangat gawat. Wilayah yang tetap dikuasai Republik merupakan wilayah yang kekurangan pangan dengan produksi beras perkapita diperkirakan oleh pemerintah hanya 62,6 kuintal dibandingkan dengan 85,9 kuintal di daerah-daerah yang dikuasai Belanda. Di samping itu, daerah yang tersisa untuk republic ini didiami penduduk sejumlah 23 juta orang yang kemudian ditambah lebih dari 700 ribu pengungsi dari daerah-daerah yang dikuasai Belanda (Kahin, 1995: 278).
Pola makan yang berubah, pola hidup yang berubah serta tekanan-tekanan sosial ekonomi yang menghimpit menyebabkan perubahan mendasar dalam aspek-aspek fisik maupun psikologi masyarakat. Dalam aspek fisik nyata terlihat kemiskinan endemis yang makin meluas, kesehatan yang merosot serta angka kematian yang tinggi. Dalam apek nonfisik, terlihat kemiskinan mentalitas akibat rongrongan dan ketakutan yang tidak proporsional. Kegelisahan komunal dan ketidaktentraman cultural yang makin meningkat frekuensinya. Dapat dikatakan bahwa keadaan petani dan masyarakat pedesaan di jawa berada dalam tingkat yang sangat buruk. Oleh Scott disebut sebagai “subsistence level”, yaitu tingkat pemenuhan kebutuhan diri sendiri. Pemikiran yang digunakan adalah bagaimana mereka dapat sekedar bertahan hidup, dalam situasi yang makin memburuk dan suasana yang makin tak menentu kapan akan berakhir (Cahyo Budi, 1995: 192-193).
Di sumatera, terjadi revolusi-revolusi sosial yang keras dan menentang elite-elite bangsawan. Di aceh prmusuhan sengit antara para pemimpin agama (ulama) dan para bangsawan birokrat (uleebalang) mengakibatkan timbulnya suatu perubahan yang permanen di tingkat elite. Banyak uleebalang yang mengharapkan kembalinya Belanda, dan puncaknya meletuslah perang saudara. Para uleebalang gagal untuk melaksanakan suatu perlawanan terpadu terhadap kekuatan-kekuatan pro-republik yang dipimpin oleh para ulama. Aceh dengan ideology islam, menjadi wilayah yang paling stabil di Indonesia selama masa revolusi.
Di sumatera timur, kelompok-kelompok bersenjata yang sebagian besar terdiri dari orang-orang batak dan dipimpin oleh kaum kiri, menyerang raja-raja batak pada bulan maret 1946. Penangkapan-penangkapan dan perampokan-perampokan terhadap para raja segera berubah menjadi pembantaian yang mengakibatkan tewasnya beratus-ratus bangsawan sumatera Timur, diantaranya adalah Amir Hamzah. Para politisi republik setempat serta satuan-satuan tentara setempat menentang tindak kekerasan ini, dan pada akhir bulan April para pemimpin terkemuka revolusi sosial berdarah ini ditangkap, tetapi sebagian dapat menyelamatkan diri dalam persembunyian. Perpecahan-perpecahan di dalam tubuh/kekuatan-kekuatan revolusi di sumatera timur tampak jelas dengan penindasan terhadap revolusi sosial tersebut. Semetara itu, perpecahan di kalangan elite revolusi di jawa menjadi semakin tegang ketika partai-partai politik terbentuk. Partai-partai yang penting pada masa revolusi diantaranya: PKI (Partai komunis Indonesia), Pesindo (pemuda sosialis indonesia), Masyumi, dan PNI (partai nasional Indonesia).



Semangat revolusi juga terlihat di dalam kesusastraan dan kesenian. Surat-surat kabar dan majalah-majalah republik bermunculan di banyak daerah, terutama di Jakarta, Yogyakarta dan Surakarta. Keseluruhan suatu generasi satrawan pada umumnya dinamakan angkatan 45, yaitu orang-orang yang daya kreatifnya memuncak pada zaman revolusi.

2.3  Latar Belakang Berdirinya Laskar Putri di Indonesia
A.    Laskar Putri Indonesia (LPI)
Lahirnya kelaskaran wanita yang turut mewarnai sejarah bangsa,
merupakan suatu keputusan yang cukup berani. Telah kita ketahui, sejarah
menunjukkan bahwasannya kebudayaan Jawa menganggap lelaki lebih tinggi
daripada perempuan. Perempuan ditempatkan sebagai the second sex yang
tercermin dalam ungkapan-ungkapan verbial yang mengunggulkan lelaki.
Ungkapan seperti swarga nunut neraka katut, yang berarti bahwa kebahasiaan
atau penderitaan isteri hanya tergantung pada suami, adalah sebagian contoh
yang menyatakan bahwa perempuan tidak berpengaruh dalam kehidupan.1
Prespektif seperti itu, terbantahkan dengan datangnya pemikiran
modern yang dibawakan oleh seorang gadis dari Kabupaten Jepara. Gadis itu
adalah Kartini, Dia mewakili kaum perempuan yang menjadi manusia kedua
dalam kebudayaannya untuk lebih maju dan memperoleh kesempatan yang
sama seperti laki-laki. Secara kongkret apa yang dilakukan oleh Kartini
mungkin tidak banyak, namun tidak pelak lagi ia menjadi simbol dalam politik
dan perjuangan perempuan Indonesia saat ini.
Perempuan Indonesia sekarang sudah merdeka, maksudnya secara
formal perempuan diakui sama dengan lelaki, diberi kesempatan yang sama,serta tidak ada penolakan terhadap sesuatu dengan alasan seseorang adalah
perempuan.2 Organisasi-organisasi wanita berkembang dengan pesat, wanita
ingin bahwa keberadaan mereka diakui secara nyata di dalam masyarakat,
maka mereka ingin melakukan semua hal untuk memajukan kaumnya.
Pergerakan kaum wanita berkembang semakin luas, organisasi wanita tumbuh
bak jamur di musim hujan. Di masyarakat ditanamkan pengertian agar wanita
Indonesia dapat menjadi “ibu bangsa” yang berarti dapat menumbuh
kembangkan generasi yang lebih sadar akan kebangsaannya.
Proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 merupakan tanda
yang membangkitkan rakyat serentak, untuk membela kemerdekaan yang
telah diidam-idamkan beratus tahun yang lalu. Partisipasi wanita dalam
perjuangan kemerdekaan Indonesia sangat besar. Soekarno menyatakan bahwa
wanita juga harus turut serta dalam revolusi Indonesia, dan sebaliknya kaum
laki-laki harus sadar, bahwa mereka tidak akan berhasil tanpa kaum wanita.
Soekarno menyerukan kepada lelaki agar berusaha menjadikan kaum wanita
sebagai “roda perjuangan kita yang satu lagi, benar-benar menjadi sayap
garuda nasional kita yang satu lagi”.3
Perlu diperhatikan, meskipun Soekarno berpandangan bahwa wanita
sangat diperlukan untuk revolusi, tetapi kesertaan mereka itu harus di bawah
pengawasan laki-laki, dan lebih khusus lagi oleh diri sendiri. artinya mereka harus bersama-sama berperan serta, tetapi tidak dengan pengertian sama atau
kondisi yang sama.
Terdorong oleh semangat perjuangan yang menggebu, sebagai bangsa
yang baru merdeka dan merasa terancam oleh kekuatan asing maka di kotakota besar daerah Jawa Barat seperti di Bandung, Purwakarta, Bogor,
Sukabumi, Garut, Cirebon, Tasikmalaya, Serang, dll berdirilah badan-badan
perjuangan dan laskar-laskar rakyat yang dibangun oleh masyarakat sendiri.
Adapun laskar-laskar yang dimaksudkan adalah Hizbullah, Barisan Merah
Putih, Barisan Benteng Republik Indonesia, Barisan Pemberontak Republik
Indonesia, Angkatan Pemuda Indonesia, Pasukan Istimewa, Laskar Wanita
Indonesia, Laskar Putri Indonesia, dan sebagainya.4 Setiap laskar-laskar
tersebut memiliki pimpinan dan panji-panji sendiri. Semua lapisan dan
golongan masyarakat, baik yang tua, muda, pria, maupun wanita turut serta
dalam semangat nasionalisme.
2.4  Berakhirnya Revolusi Fisik di Indonesia
Dengan pengakuan kedaulatan tanggal 27 desember 1949, maka berakhirlah masa revolusi bersenjata di Indonesia dan secara de jure pihak Belanda telah mengakui kemerdekaan Indonesia dalam bentuk RIS. Namun atas kesepakatan rakyat Indonesia tanggal 17 agustus 1950, RIS dibubarkan dan dibentuk NKRI. Selanjutnya pada tanggal 28 september 1950, Indonesia di terima menjadi anggota PBB yang ke-60. Hal ini berarti bahwa kemerdekaan Indonesia secara resmi telah di akui oleh dunia internasional.
















BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Revolusi fisik tahun 1945-1949 di Indonesia telah menguras tenaga seluruh rakyat Indonesia, baik laki-laki, wanita, yang tua maupun muda semuanya turut bahu-membahu berjuang di garis depan. Pada masa revolusi ini, tidak sedikit kaum wanita menunjukkan kemampuannya untuk ikut berjuang bersama para gerilyawan Republik Indonesia. Sejalan dengan pekik kemerdekaan, kaum wanita sebagai bagian dari bangsa secara spontan memberikan sambutan dan dukungannya dengan menyumbangkan tenaga maupun pemikiran. Waktu itu, rakyat merupakan kekuatan utama dalam menghadapi musuh.
3.2 Saran
Semoga kedepannya lebih baik lagi, setelah membaca makalah ini diharapkan mahasiswa untuk dapat mengetahui dan memahami materi ini.









DAFTAR PUSTAKA