Minggu, 10 Desember 2017

KONSEP SEKSUALITAS


MAKALAH PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA



KONSEP SEKSUALITAS















Oleh: KELOMPOK 7




Adelia Tri Yuliandita
Ainul Yakin                            (16142010007)
Bella Listiya Eka Putri            (16142010008)
 

























PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES NGUDIA HUSADA MADURA

BANGKALAN

2017-2018

DAFTAR ISI










BAB 1 PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang           …………………………………………………1

1.2   Rumusan Masalah      …………………………………………………2

1.3   Tujuan Masalah          …………………………………………………2

1.4  Manfaat                       …………………………………………………2

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1  Definisi Seksualitas     ………………………………………………....3

2.2  Respon Seksual           …………………………………………………4

2.3  Kehamilan dan Seksualitas     …………………………………………6

2.4  Hubungan Seksualitas             ………………………………………...10

2.5  Seksualitas dalam Keperawatan         ………………………………...12

2.6  Faktor-faktor Terkait Seksualitas        ………………………………...13

2.7  Asuhan Keperawatan (NIC & NOC) Terkait Seksualitas      ………...14

BAB 3 PENUTUP

3.1  Kesimpulan     ………………………………………………………...20

3.2  Saran   ………………………………………………………………...20

DAFTAR PUSTAKA




KATA PENGANTAR

   Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia Nya Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini .
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun untuk perbaikan makalah di masa mendatang. Dalam kesempatan ini kami juga menyampaikan terima kasih yang tidak terhingga bapak Dosen yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini  dan kepada kedua orang tua atas jerih payah dan doa yang tak henti-hentinya.





 Semoga Allah SWT selalu meridhoi kehidupankita, aamiin.


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang
Pertumbuhan, perkembangan seseorang berlangsung sejak dilahirkan sampai dengan mati.
Memiliki arti kuantitatif atau segi jasmani bertambah besar bagian-bagian tubuh. Kualitatif atau psikologis bertambah perkembangan intelektual dan bahasa.
Pertumbuhan dan perkembangan dicakup dalam kematangan. Manusia disebut matang jika fisik dan psikisnya telah mengalami pertumbuhan dan perkembangan sampai pada tingkat tertentu (Langeveld).
Konsep pertumbuhan dan perkembangan berlangsung secara interpendensi saling bergantung satu sama lain. Tidak bisa dipisahkan tetapi bisa dibedakan untuk memperjelas penggunaannya (Sunarto, 1999).
Perkembangan individu sangat dipengaruhi oleh adanya pertumbuhan jika seorang individu mengalami pertumbuhan yang baik maka perkembangan akan baik pula. Pernyataan ini berbanding lurus dengan H.M. Arifin tentang perkembangan, bahwa perkembangan diprasyarati oleh adanya pertumbuhan, oleh karena itu pertumbuhan sangatlah mendukung perkembangan seseorang (Diah Puji, 2009).
Fase perkembangan individu tidak terlepas dari proses pertumbuhan individu itu sendiri. Perkembangan pribadi individu meliputi beberapa tahap atau periodisasi perkembangan, antara lain perkembangan berdasarkan analisis Biologis, perkembangan berdasarkan Didaktis, perkembangan berdasarkan psikologis.
Fase perkembangan Biologis merupakan perubahan kualitatif terhadap struktur dan fungsi-fungsi fisiologis atau pembabakan berdasarkan keadaan atau proses pertumbuhan tertentu. Fase perkembangan dedaktis dapat dibedakan menurut dua sudut tujuan, yaitu dari sudut tujuan teknis umum penyelenggara pendidikan dan dari sudut tujuan teknis khusus perlakuan pendidikan. Fase perkembangan psikologis merupakan pribadi manusia dimulai sejak masa bayi hingga masa dewasa.
Aspek– aspek perkembangan individu meliputi fisik, intelektual, sosial, emosi, bahasa, moral dan agama. Perkembangan fisik meliputi pertumbuhan sebelum lahir dan pertumbuhan setelah lahir. Intelektual (kecerdasan) atau daya pikir merupakan kemampuan untuk beradaptasi secara berhasil dengan situas baru atau lingkungan pada umumnya. Sosial, setiap individu selalu berinteraksi dengan lingkungan dan selalu memerlukan manusia lainnya. Emosi merupakan perasaan tertentu yang menyertai setiap keadaan atau perilaku individu. Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan yang lain. Moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral. Agama merupakan kepercayaan yang dianut oleh individu.
Untuk efisiensi waktu, maka penulis membatasi penulisan ini pada perkembangan peserta didik fase remaja aspek psikoseksual. Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan individu, dan merupakan masa transisi yang dapat diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat (Konopka, dalam Pikunas, 1976; Kaczman & Riva, 1996). Apabila gagal dalam tugas perkembangannya, dalam mengembangkan rasa identitasnya. Maka remaja akan kehilangan arah.    

1.2  Rumusan Masalah
Dari Latar belakang diatas kami mendapat rumusan masalah sebagai berikut :
a)      Apa definisi tentang seksualitas?
b)      Apa yang dimaksud respon seksualitas?
c)      Bagaimana hubungan kehamilan dan seksualitas?
d)     Bagaimna hubungan seksualitas?
e)      Bagaimana Definisi Seksualitas dalam keperawatan?
f)       Apa saja Faktor-faktor Terkait Seksualitas?
g)      Bagaimana Asuhan keperawatan (NIC & NOC) terkait seksualitas?

1.3  Tujuan
Dari Rumusan Masalah diatas kami mendapat Tujuan masalah sebagai berikut :
1.3.1         Tujuan Umum
Mahasiswa Mampu Mengetahui Konsep Seksualitas.
1.3.2         Tujuan Khusus
a)      Untuk Mengetahui Definisi Seksualitas.
b)      Untuk Memahami Respon Seksualitas.
c)      Untuk Mengetahui Hubungan kehamilan dan Seksualitas.
d)     Untuk Mengetahui Hubungan Seksualitas.
e)      Untuk Memahami seksualitas dalam keperawatan.
f)       Untuk Mengetahui Faktor-faktor Terkait Seksualitas.
g)      Untuk Memahami Asuhan Keperawatan (NIC & NOC) Terkait Seksualitas.

1.4  Manfaat
Dari Tujuan diatas kami mendapat manfaat bisa mengetahui bagaimana respon seksualitas, definisi seksualitas, hubungan kehamilan dan seksualitas, seksualitas dalam keperawatan, Faktor-faktor terkait seksualitas dan asuhan keperawatan terkait seksualitas berdasarkan NANDA NIC & NOC.







BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Definisi Seksualitas

Seksualitas merupakan energi psikis yang mendorong manusia untuk bertingkah laku. Tidak hanya perilaku untuk masalah seks saja, tetapi juga kegiatan-kegiatan nonseksual, seperti bidang kesenian, ilmiah, melakukan kewajiban moral, dan lain-lain. Sebagai energi psikis seks tersebut merupakan motivasi untuk berbuat sesuatu.

Aktifnya insting seks dalam diri manusia umumnya baru berlangsung pada usia pubertas. Menurut Freud, seksualitas itu sudah memanifestasikan diri sejak masa bayi, dalam bentuk tingkah laku yang tidak menggunakan alat kelamin, missal waktu bayi menyusu ibunya, atau sewaktu menikmati permukaan kulit yang di belai sayang oleh ibunya. Seksualitas bayi ditekankan pada erotic oral atau mulut.

Seks adalah satu mekanisme, yang dengannya manusia mampu meneruskan keturunan. Oleh sebab itu, seks merupakan mekanisme vital, sehingga manusia dapat berevolusi sepanjang sejarah manusia. Di samping hubungan sosial biasa, di antara wanita dan pria dapat terjadi hubungan khusus yang sifatnya erotis dan disbut relasi seksual, yakni kedua belah pihak dapat menghayati bentuk kenikmatan, jika dilakukan dalam hubungan yang normal / heteroseksual, dan yang termasuk abnormal adalah homoseksual / lesbian.

Laki-laki dan wanita dewasa adalah mereka yang mampu melakukan relasi seksual yang adekuat atau dengan kata lain wanita dewasa bila mampu mengadakan hubungan seksual dengan seorang pria dalam bentuk yang normal dan bertanggung jawab.

Pria normal secara kejiwaan mampu mengadakan relasi seksual dengan wanita. Hubungan normal mengandung arti bahwa hubungan tersebut tidak mengakibatkan konflik-konflik psikis pada kedua belah pihak, relasi seks yang bertanggung jawab berarti bahwa kedua belah pihak menyadari konsekuensinya dan berani memikul tanggung jawab baik terhadap diri sendiri maupun pasangannya dan melakukannya dalam batas-batas norma etis atau kesusilaan, norma masyarakat, dan norma agama. Bentuk seks yang abnormal dan menyimpang adalah sadisme, homo seksualitas, kelesbianisme, masturbasi, onami, eksibisionisme, impotensi (lemah), mikrofilia (tertarik secara seksual untuk menyetubuhi mayat), bestialitas (persetubuhan dengan binatang), inses ( bersetubuh dengan orang tua atau saudara kandung), oralseks (melalui mulut).
Seksualitas pada binatang ditentukan oleh insting yang bearsal dari naluri dan ciri-ciri kodrati. Sedang seksualitas pada diri manusia ditentukan oleh tiga komponen yaitu :
1.      Komponen hormonal. Ditentukan oleh hormon-hormon tertentu. Yang memengaruhi perkembangan aktivitas seks, yaitu hormone estrogen pada wanita dan testosteron pada pria.
2.      Komponen genetis. Terdapatnya kromosom-kromosom seks, yaitu kromosom X/wanita dan kromosom Y/pria
3.      Komponen psikologis. Yang terdapat pada seksualitas manusia dipengaruhi oleh factor-faktor lingkungan, keluarga atau alam sekitar, kultural dan semua pengalaman hidup individu, seperti pendidikan, pengaruh bacaan, film, pergaulan dan lain-lain.

2.2  Respon seksual

Hipotalamus dan kelenjar hipofisis anterior pada wanita dan pria mengatur produksi FSH dan LH. Jaringan target hormon-hormon ini adalah gonad: ovarium dan testis. Pada wanita ovarium memproduksi ovum dan menyekresi progesteron dan estrogen. Pada pria testis memproduksi sperma dan menyekresi testoteron. Mekanisme umpan balik antara hormon yang di sekeresi oleh gonad. Hipotalamus, dan hipofisis anterior membantu mengendalikan produksi sel-sel kelamin dan sekresi hormon seks steroid.

2.2.1        Respon fisiologis terhadap stimuli seksual

Walaupun pematangan perkembangan pada wanita terjadi pada umur yang lebih dini, baik pria maupun wanita mencapai kematangan fisik pada usia sekitar 17 tahun. Walaupun demikian, frekuensi perkembangan individu sangat bervariasi.  Perbedaan anatomi dan reproduksi tidak menjadi penghalang, respon fisiologis wanita dan pria terhadap rangsangan seksual dan orgasme lebih banyak persamaannya dari pada perbedaannya. Misalnya, glens , klitoris, dan glan penis homolog pada masa embrio. Bukan saja hanya terdapat sedikit perbedaan antara respon seksual wanita dan pria, tetapi respon fisik pun pada dasarnya sama, baik di stimulasi oleh koitus, fantasi, mekanis, maupun oleh masturbasi manual.
Secara fisiologis menurut Masters dan Jhonson (1966), respon seksual dapat dianalisis menjadi 2 proses : vasokongesti dan miotonia. Stimulasi seksual menimbulkan refleks vasokongesti, dilatasi pada pembuluh darah penis (ereksi pada pria) dan pembuluh darah sirkumvaginalis (lubrikasi pada wanita) sehingga terjadi engorgement dan distensi genetali. Kongesti vena dilokalisasi terutama pada genetalia, tetapi juga terjadi dalam derajat yang lebih kecil di payudara dan bagian-bagian tubuh yang lain.
Bangkitan ditandai dengan miotonia (peningkatan tegangan otot), menyebabkan kontraksi  ritmik yang volunter dan involunter. Contoh-contoh miotonia yang di stimulasi secara seksual adalah doroongan pelvi, wajah meringis, serta spasme tangan dan kaki (spasme karpopedal).
Siklus respon seksual dibagi menjadi 4 fase, yaitu :
1.      Fase rangsangan (Exicetement)
Reaksi umum pada kedua jenis kelamin :
a)      Denyut jantung dan tekanan darah meningkat.
b)      Puting susu ereksi.
c)      Miotonia dimulai.
a.      Reaksi wanita :
a)      Diameter klitoris membesar dan membengkak.
b)      Genetalia eksterna menegang dan warna menjadi gelap.
c)      Terjadi lubrikasi vagina : dua pertiga bagian atas vagina memanjang dan meluas.
d)     Serviks dan uterus tertarik ke atas.
e)      Ukuran payudara membesar.
b.      Reaksi pria :
a)      Timbul ereksi penis : panjang dan diameter penis meningkat.
b)      Kulit skrotum menegang dan menebal.
c)      Testis mulai menegang dan terangkat ke arah tubuh
2.      Fase falateau (penguatan fase exicetement)
Reaksi umum pada kedua jenis kelamin :
a)      Denyut jantung dan tekanan darah terus meningkat.
b)      Pernafasan meningkat.
c)      Miotonia menjadi nyata : wajah meringis.
a.      Respon wanita :
a)      Kepala klitoris retraksi dibawah pembungkus klitoris.
b)      Sepertiga bagian bawah vagina membesar.
c)      Warna kulit berubah  terlihat kemerahan di payudara, abdomen atau dipermukaan yang lain.
b.      Respon pria :
a)      Kepala penis sedikit membesar.
b)      Scrotum menegang dan menebal.
c)      Testis terangkat dan membesar.
d)     Sekresi kelenjar cowper (bulbouretalis) pengeluaran dua atau tiga tetes cairan bening (madzi) pada kepala penis sebelum orgasme.
3.      Fase orgasme (penyaluran kumpulan darah dan tegangan otot)
Reaksi umum pada kedua jenis kelamin :
a)      Denyut jantung, tekanan darah, dan pernafasan meningkat sampai tingkat maksimum.
b)      Timbul spasme otot involunter.
c)      Sfingter rektum eksterna berkontraksi.
a.      Respon wanita :
a)      Kontraksi ritmik yang kuat terasa di klitoris, vagina dan uterus.
b)      Sensasi hangat menyebar diseluruh daerah pelvis.
b.      Respon pria :
a)      Testis terangkat ketingkat maksimum.
b)      Titik yang tidak terelakan terjadi sesaat sebelum ejakulasi dan terasa ada cairan di uretra.
c)      Kontraksi pada penis, uretra anal spincter, vesikula seminalis, kelenjar prostat, otot sphincter vesika urinaria interna dan vasdeferens.
d)     Terjadi ejakulasi semen (ejakulat) yang terdiri dari sperma dari testis dan cairan dari sekresi kelenjar vesicula seminalis, prostat dan bulbouretralis.

4.      Fase resolusi (fisiologis dan psikologis kembali kedalam keaadan tidak terangsang)
Reaksi umum pada kedua jenis kelamin :
a)      Denyut jantung, tekanan darah, dan pernafasan kembali normal.
b)      Ereksi puting susu mereda.
c)      Miotonia berkurang.
d)     Berkeringat.
a.      Respon wanita :
a)      Engorgement pada genetalia eksterna dan vagina berkurang.
b)      Serviks dan uterus turun ke posisi normal
c)      Ukuran payudara mengecil.
d)     Kemerahan dikulit menghilang.
b.      Respon pria :
a)      50% ereksi segera hilang setelah ejakulasi : penis secara bertahap kembali keukuran normal.
b)      Periode refrakter (waktu yang diperlukan supaya ereksi lagi) bervariasi sesuai usia dan kondisi fisik secara umum.

2.3  Kehamilan dan Seksualitas
Perubahan kehidupan seksual dapat terjadi karena perubahan-perubahan yangterjadi secara fisik dan mental, khususnya pada istri dan pasangan itu umumnya.Kondisi yang lemah dari istri seperti karena mual-mual atau muntah, nafsu makan yang menurun akan membuatnya lemah dan keinginan seksualnya menurun.Kadang-kadang walau suami mengajak, istri sering menolak. Hanya bila suamimerasa senang dengan kehamilan itu, dia dapat mengatasinya dengan baik.Pada wanita yang tidak mengalami muntah atau mual yang serius,makaaktivitas seksual tidak akan terganggu.
Bahkan cukup banyak dari mereka yang justru meningkat keinginan seksual serta frekuensi hubungan seksnya karenamerasa bahagia telah hamil. Suami-istri senang bersama-sama dan ingin menikmatinya dalam kontak seksual yang sering. Pada 3 bulan kedua, Sekitar 80 persen wanita akan meningkat doronganseksnya. Selain itu, mual atau muntah sudah hilang. Kesehatan umumnya akan meningkat.
 Perasaan senang karena hamil. Pada sebagian faktor lain ialahterjadinya pembesaran payudara yang membuat daya tariknya meningkat. Suamiakan merasa lebih bergairah melihat istrinya yang payudaranya bertambah besar. besar pasangan kontak seksual akan jauh lebih sering pada periode ini.Pada 3 bulan ketiga, beban kehamilan itu sudah memberati si Ibu. Banyak wanita yang jadi susah makan.
Juga banyak keringat yang membuatnya tidak  bersih, sehingga daya tariknya pun menurun. Selain itu. pada kehamilan yangmulai tua, akan timbul peningkatan cairan tubuh. Hampir semua badan letih atau bengkak. Air ditahan dalam badan. Akibatnya, cairan vagina juga bertambah. Adaterasa licin yang mengganggu sehingga kontak seksual menjadi kurang memuaskan.

2.3.1        Fisiologi Seks
Kehidupan seks yang bahagia dan memuaskan selalu didambakan oleh setiap pasangan suami–istri. Keinginan itu tetap ada pada mereka walaupun pada saat hamil.
Pada fase pertama didahului oleh adanya libido, yakni dorongan seks yang membuat orang melakukan aktivitas seksual. Libido adalah suatu peristiwa dalam otak. Oleh karena itu hal-hal yang mempengaruhi libido lebih banyak pengaruh psikis atau kejiwaan. Pengaruh itu dapat meliputi keadaan jiwa pada saat itu, hubungan suami–istri, maupun kondisi sekitar.
Fase kedua ialah fase terangsang. Pada fase ini, sudah timbul perubahan-perubahan pada tubuh dan umumnya telah terjadi aktivitas seksual berupa cumbuan dengan berbagai cara. Perubahan yang utama ialah pada pria adanya ereksi penis serta kenikmatan di daerah-daerah genital dan daerah lain yang disentuh. Pada wanita, perubahan yang terjadi ialah timbulnya cairan vagina serta membengkaknya daerah-daerah alat kelamin. Juga timbulnya kenikmatan pada daerah-daerah tadi, serta bagian tubuh lain yang disentuh. Lamanya fase ini tergantung pada aktivitas seksual tadi. Sebagian pasangan melakukannya hanya singkat dan akhirnya menuju orgasme atau ejakulasi. Tetapi pada pasangan lain, aktivitas yang diatas berlangsung lama sekali.
Fase ketiga adalah fase orgasme/ejakulasi. Sesudah kenikmatan cukup tinggi dan aktivitas seksual dilakukan terus maka kenikmatan akan meninggi dan terus menuju puncaknya. Puncak dari kenikmatan ini disebut klimaks atau orgasme. Pada wanita, puncak kenikmatan dapat timbul beberapa kali. Mungkin tercapai pada saat ciuman, pelukan lalu diakhiri dengan suatu klimaks yang tinggi. Sehingga orgasme terdapat beberapa kali. Sedangkan pada laki-laki, orgasme hampir selalu tercapai pada saat ejakulasi yakni semprotan cairan sperma. Akibatnya orgasme pria hanya terjadi satu kali untuk setiap senggama.
Fase resolusi ialah keadaan sesudah mencapai puncak kenikmatan akan menurun dan secara pelan-pelan akan kembali kedasar yaitu keadaan dimana aktivitas seksual kembali ke istirahat dan semua perubahan fisiologispun akan kembali juga ke keadaan sebelum melakukan aktivitas seksual. Tetapi secara psikologis, keadaan dapat dinikmati begitu tinggi antara suami–istri. Kesan mendalam karena mendapatkan orgasme bersama-sama, akan memberikan keintiman yang mendalam pula bagi berdua. Makin dalam kesan tadi, makin lama kenikmatan berada dalam ingatan sehingga keintiman suami–istri pun mungkin mendalam dan berlangsung lama.

2.3.2        Kehidupan Seks pada Kehamilan
Perubahan kehidupan seksual dapat terjadi karena perubahan-perubahan yang terjadi secara fisik dan mental, khususnya pada istri dan pasangan itu umumnya. Kondisi yang lemah dari istri seperti karena mual-mual atau muntah, nafsu makan yang menurun akan membuatnya lemah dan keinginan seksualnya menurun. Kadang-kadang walau suami mengajak, istri sering menolak. Hanya bila suami merasa senang dengan kehamilan itu, dia dapat mengatasinyadenganbaik. 

Pada wanita yang tidak mengalami muntah atau mual yang serius, maka aktivitas seksual tidak akan terganggu. Bahkan cukup banyak dari mereka yang justru meningkat keinginan seksual serta frekuensi hubungan seksnya karena merasa bahagia telah hamil. Suami–istri senang bersama-sama dan ingin menikmatinya dalam kontak seksual yang sering. 
Pada 3 bulan kedua, sekitar 80 persen wanita akan meningkat dorongan seksnya. Selain itu, mual atau muntah sudah hilang. Kesehatan umumnya akan meningkat. Perasaan senang karena hamil. Pada sebagian faktor lain ialah terjadinya pembesaran payudara yang membuat daya tariknya meningkat. Suami akan merasa lebih bergairah melihat istrinya yang payudaranya bertambah besar serta bahagia karena istri telah hamil. Kedua faktor itu membuat suami juga meningkat keinginan seksnya, sehingga pada sebagian besar pasangan kontak seksual akan jauh lebih sering pada periode ini.
Pada 3 bulan ketiga, beban kehamilan itu sudah memberati si Ibu. Banyak wanita yang jadi susah makan. Juga banyak keringat yang membuatnya tidak bersih, sehingga daya tariknya pun menurun. Selain itu pada kehamilan yang mulai tua, akan timbul peningkatan cairan tubuh. Hampir semua badan letih atau bengkak. Air ditahan dalam badan. Akibatnya, cairan vagina juga bertambah. Ada terasa licin yang mengganggu sehingga kontak seksual menjadi kurang memuaskan. 
Pada pasangan-pasangan yang saling mencintai akan senang akan kehamilan itu, pertambahan cairan vagina tak akan mengganggu. Tetapi pada orang-orang yang sangat mendambakan kenikmatan seksual, apalagi bila ada konflik suami–istri, maka kondisi itu dapat menjadi biang keladi kekurang puasan sampai pada hubungan seks luar nikah. Bila percekcokan atau hubungan diluar nikah sampai terjadi, maka perlu dicari penyebabnya. Apakah pribadi suami yang mengakibatkan pertambahan cairan vagina sebagai gara-gara atau ada konflik diantara mereka. 
Pada sebagian wanita hamil berat, maka kontak seksual dirasakan ancaman terhadap kehamilan. Bila rahim dengan bayi telah mulai menurun kearah vagina, maka penis suami dapat membentur daerah rahim. Stimulasi yang berat ke leher rahim akan membuat seluruh rahim bergerak seolah-seolah mau melahirkan. Bahkan ada yang bisa gugur. Timbul kontraksi rahim yang kuat. Kadang ada darah, ancaman keguguran menjadi kekhawatiran. Karenanya sebagaian wanita menolak melakukan hubungan seksual pada akhir-akhir kehamilan. 
Pada kondisi dimana keguguran sering terjadi, maka sepantasnyalah hubungan seks dilakukan dengan berhati–hati. Bila keguguran telah sering terjadi dan kehamilan belum pernah berlangsung selamat, maka sebaiknya 3 bulan pertama dilarang atau berhenti melakukan hubungan seks. 
Sesudah 3 bulan pertama lewat, hubungan seks dapat dicoba kembali dengan sangat hati-hati sehingga penis diharapkan tidak membentur daerah rahim. Namun bila terasa sakit atau keluar darah, maka sebaiknya senggama dihentikan. Demikian juga pada akhir-akhir kehamilan. Benturan yang terlalu keras dari penis terutama ke daerah rahim, akan membuat kontraksi rahim sangat kuat seperti akan melahirkan. Ini membuat si Ibu ketakutan dan kesakitan. Dalam keadaan demikian hubungan seks harus dilakukan hati-hati dan jangan sampai didorong kuat-kuat. Dengan demikian penis tidak terlalu jauh masuk ke dalam namun diharapkan keduanya masih bisa mencapai kepuasan. 
Tetapi sering justru cara dan sifat suami yang sulit. Ada suami yang sudah terbiasa kuat-kuat dengan harapan istri akan lebih puas padahal justru bahaya jadi mengancam. Kemungkinan juga karena keduanya sudah terangsang tinggi, maka secara otomatis dan tanpa sadar mendorong sekuat-kuatnya. Akibatnya timbul benturan penis dengan leher rahim. Inipun akan mengancam keguguran itulah sebabnya perlu dibicarakan bersama-sama cara kontak seksual yang aman sehingga keduanya masih bisa menikmati dan kehamilan pun tidak terganggu.

2.3.3        Berhubungan Seks selama Kehamilan
Pada kehamilan yang normal. Alat kelamin pria tidak akan dapat melakukan kontak langsung terhadap fetus (calon bayi), karena keberadaannya dilindungi oleh dinding otot uterin dan cairan amniotik. Ada lendir penyumbat di sekitar leher rahim (cervix) yang akan mencegah air mani dan bakteri masuk ke dalam uterus. Sangatlah normal bila hal tersebut akan sangat menghantui kehamilan, setelah beberapa kali gagal mempertahankannya, namun, sampai sekarang tidak ada bukti-bukti kuat yang menghubungkan antara berhungan sex di masa kehamilan muda dengan keguguran.
Keguguran di masa kehamilan muda merupakan hasil dari cacat genetik selama perkembangan fetus. Namun, bila terjadi perdarahan selama masa kehamilan muda, ada baiknya menunda dulu berhubungan sex sampai pendarahannya benar-benar telah dapat dihentikan. Orgasme memang akan mengakibatkan kontraksinya uterus, yang pada sebagian wanita akan mengakibatkan rasa sakit dan membuatnya menghindari berhubungan sex.
Banyak penelitian yang mengatakan bahwa di kehamilan normal, orgasme tidak akan membuat bayi lahir prematur. Di beberapa penelitian, kontraksi di masa kehamilan tiga semester pertama kadang kala mengakibatkan detak jantung fetus menjadi pelan, tapi hal ini belum pernah menyebabkan dampak yang membahayakan bagi fetus



2.4  Hubungan Seksualitas
Seksualitas merupakan suatu komponen integral dari kehidupan seorangwanita normal, dimana hubungan seksual yang nyaman dan memuaskan merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam hubungan perkawinan bagi banyak pasangan (winkjosastro, 2002).
Hubungan seks adalah hubungan yang bukan hanya alat kelamin dan daerah mudah terangsang yang ikut berperan tetapi juga psikologis dan emosi (Manuaba,2002).
Frekuensi hubungan seksual selama kehamilan sangat tergantung pada kondisi wanita. Semakin jarang hubungan frekuensi seksual pada pasangan, semakin tidak sehat pernikahan tersebut. Hal ini dikarenakan masing-masing kebutuhan ada yang tidak terpenuhi dan dapat menyebabkan rasa frustasi karena kurangnya perhatian dari pasangan tentang hal seksual.
Frekuensi rata-rata berhubungan seks pada kehamilan adalah sebagai berikut: Terimester pertama 2 kali perminggu, Trimester kedua 3 kali perminggu, Trimester ketiga 1 kali perminggu (Andik, 2007). Jadi selama tidak menjadi beban bagi istri, hubungan intim selama hamil tak jadi masalah. Namun jika istri kehilangan dorongan seksual dan hanya melakukan hubungan seksual demi memuaskan suami bisa hanya akan menjadi beban (Dianloka, 2008).
2.4.1.    Hubungan seksual pada trimester ke-1 menurut (Suryoprajogo 2008) adalah:
a)      Hubungan Seksual pada Trimester Pertama (0-12 minggu)
Selama tiga bulan pertama kehamilan wanita yang mengalami mual muntah karena pengaruh hormon terjadinya peningkatan hormon progresteron, sehingga merasakan dorongan seksualnya menurun yang mengakibatkan berkurangnya frekuensi semua aktivitas seksual. Keadaan ini mudah dipahami, karena mual dan muntah yang terjadi dapat menimbulkan gangguan bagi kesehatan tubuh secara umum. Meskipun terdapat bermacam-macam variasi dari masing- masing pasangan, pola ketertarikan seksual pada trimester pertama kehamilan tetaplah umum. Tidak mengherankan jika pada awal kehamilan terjadi penurunan minat terhadap seks. Survey mengatakan bahwa 54% wanita mengalami penurunan libido pada trimester pertama. Akan tetapi, pada wanita yang kehamilan trimester pertamanya sangat nyaman, hasrat seksual yang muncul kemungkinan sama atau bahkan meningkat dengan kondisi sebelum kehamilan terjadi. Sebagian kecil wanita bahkan merasakan perubahan yang sangat signifikan terhadap kehidupan seksualnya. Hal tersebut sering kali disebabkan oleh perubahan hormon pada awal kehamilan yang membuat organ vulva lebih sensitif dan payudara yang lebih berisi sehingga meningkatkan kepekaan terhadap sentuhan.
2.4.2.    Mitos hubungan seksual selama hamil dalah:
a)    Banyak berhubungan seks bayi sehat
Mitos tersebut tidaklah benar. Pernyataan tersebut seringberedar dalam masyarakat dengan alasan bahwa pada saat melakukanhubungan seksual bayi didalam rahim akan mendapatkan siramanpertama sperma sehingga bayi menjadi subur.Kesuburan dan kesehatan bayi tidak ditentukan oleh siramansperma pada saat berhubungan seksual. Akan tetapi, kualitas kesehatandan kesuburan bayidipengaruhi oleh kualitas spermatozoa yang telahberhasil membuahi sel telur dan kualitas makanan yang dikonsumsiibu.
b)   Bayi cepat lahir
Berhubungan seks pada saat bayi dalam kandungan sudahberumur diindikasikan dapat mengakibatkan kontraksi rahim. Adanyakontraksi rahim bisa memicu kelahiran bayi yang sudah berumur,namun jika umur bayi dalamkandungan belum cukup, makaberhubungan seks tidak akan mengakibatkan bayi cepat lahir.Kontraksi rahim tersebut disebabkan oleh hormon prostaglandin yangterdapat pada cairan semen yang dikeluarkan suami pada saatejakulasi.
c)    Berhubungan seks menganggu bayi
Hubungan seks tidak akan menganggu perkembangan bayi.Akantetapi, perludiingat kondisi kehamilannya juga perlu tetapdijaga. Selama hamil tidak dilarang untuk berhubungan seks.Melakukan hubungan seksual tidak akan bermasalah karena janinterlindung oleh selaput dan cairan ketuban. Dengan catatan hubunganseks yang wajar atau dengan kata lain tidak terlalu ekstrem.
d)      Libido tinggi
Keinginan berhubungan seks yang tinggi antara ibu hamil yangsatu dengan yang lainnya sangatlah berbeda. Hal tersebut dipengaruhibanyak faktor, seperti faktor hormonal, psikologis, dan lain-lain.Tinggi atau tidaknya libido seks ketika hamil merupakan hal wajaryang sering dialami. Hubungan yang harmonis dengan suami jugasangat memungkinkan libido seks ibu hamil tinggi. Hal terpentingadalah saling pengertian dankomunikasi dengan pasangan andasehingga samasama terpuaskan ketikaberhubungan seks.
e)      Posisi menentukan jenis kelamin bayi
Banyak yang mengatakan bahwa jika posisi seorang priadimulai dari kiri dan diakhiri di sebelah kanan, maka bayi yangdilahirkan berjenis kelamin laki-laki. Namun, jika dimulai dari sebelahkanan dan diakhiri sebelah kiri, maka bayi yang dilahirkan berjeniskelamin perempuan. Seorang laki-laki memiliki dua tipekromosomdalam spermatozoa. Kedua kromosom tersebut adalah kromosom Xdan Y. Jika yang membuahi sel telur adalah kromosom Y, maka bayiyangdilahirkan adalah laki-laki. Namun, jika yang membuahi sel teluradalahkromosom X, maka bayi yang dilahirkan adalah perempuan.
2.5  Seksualitas dalam Keperawatan
Fakta yang ada di Indonesia,berbagai intervensi terapiutik pemberian edukasi dan konseling yang merupakan bagian dari tujuan pelayanan keperawatan,belum optimal dilaksanakanoleh perawat di Imdonesia. Hasil wawancara dngan beberapa perawat (afiyanti,2013,unpublised data) mengidentifikasi bahwa belum banyak perawat yang secara optimal memberikan edukasi dan konseling tentang kesehatan psikoseksual kepada para pasien. Kalaupun mereka memberikan penjelasan tentang hal tersebut,penjelasan yang diberikan hanya terkesan sebagai pesan singkat dan dilakukan sambil lalu.
            Brbagai hambatan seperti pengetahuan yang terbatas dalam memberikan adukasi dn konseling seksual,keengganan mempromosikan kesehatan seksual,sikap malu mendiskusikan yang berakaitan dengan aspek seksual dan budaya tabu membicarakan masalah seksual merupakan halangan bagi para perawat di Indonesia untuk melaksanakan asuhan keperawatan yang holistik. Kondisi ini menyebabkan tidak terlaksananya pelayanan rehabilitas psikoseksual yang seharusnya diberikan para perawat Indonesia (afianti,2013,unpublik data). Para perawat memiliki kebutuhan untuk diberikan pengetahuan dan keterampilan secara khusussehingga dapat memberi bantuan menyelesaikan masalah seksualpara pasiennya.
            Para pemberi pelayanan kesehatan,termasuk perawat perlu dibekali pengetahuan,keterampilan dan memiliki rasa nyaman ketika menjelaskan masalah seksualitas para kliennya. Selain itu,para perawat membutuhkan pengetahuan dasar tentang konsep seksualitas,fungsi seksual,dan beberapa isu atau masalah seksualitas. Keterampilan komunikasi yang dekuat,dan pengetahuan dalam melakuan pemeriksaan atau mengkaji masalah seksualitas,kenyamanan personal dalam mendiskusikan seksualitas,dan sikap perduli atau caring yang sensitif juga diperlukan perawat dalam membantu mengatasi masalah seksualitas kliennya. Selain itu,terdapat banyak nilai sosial,mitos,dan isu sosial dimasyarakat  seputar seksualitas serta aspek religi,pengaruh budaya pada peran gendr,dan keyakinan berkenaan dengan orientasi seksual,iklim sosial dan lingkunga memengaruhi sistem nilai personal setiap individu tentang konsep seksualitas.
            Oleh krena itu,sampai saat ini pelayanan kesehatan dan keperawatan di Indonesia memiliki standar pelayan untuk mempromosikan kesehatan seksual dan reproduksi khususnya untuk para perempuan. Berdasarkan dua fakta tersebut,terdpat kebutuhan yang tidak terpenuhi,baik kebutuhan para pasien memperoleh penjelasan dn informasi dri para profesional kesehatan dalam menyelesaikan masalah seksualitad dan reproduksinya,maupun kebutuhan para peofesional pemberi layanan kesehatan untuk membantu menyelesaikan masalah seksual dan reproduksi para pasien mereka.
2.6  Faktor-Faktor yang mempengaruhi Perilaku Seksual
1)    Meningkatnya Seksualitas
Usia kematangan seksual bagi remaja putri pada saat usia haid pertama 13 tahun. Peningkatan hasrat seksual ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual tertentu, semakin tinggi dorongan seksual maka tingkat perilaku seksualnya juga semakin tinggi.
2)    Penundaan Usia Perkawinan
Adanya undang-undang perkawinan yang menetapkan batas usia menikah sedikitnya 17 tahun untuk wanita dan 20 tahun untuk pria. Norma sosial makin lama makin menuntut persyaratan yang makin tinggi untuk perkawinan, pendidikan, pekerjaan, persiapan mental. Norma agama yang melarang untuk melakukan hubungan seksual sebelum menikah.
3)    Adanya Penyebaran Informasi dan Rangsangan Seksual Melalui Media
Dengan teknologi yang canggih memudahkan untuk mengakses media yang merangsang seksualitas remaja.
4)    Komunikasi Keluarga
Adanya komunikasi yang baik dalam keluarga dapat menekan perilaku seksual yang berbahaya.
5)    Pergaulan yang Makin Bebas
Membuat perilaku seksual yang berbahaya semakin meningkat.
6)    Ketaatan Beragama
Landasan agama yang kuat berpengaruh terhadap bentuk perilaku seksual remaja.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual menurut Monks dan Knoers (1987: 273) yaitu:
1)      Usia
Usia seseorang mempengaruhi bentuk perilaku seksual seseorang. Pada masa remaja seksualitas dimulai dengan perubahan tubuh, yang menimbulkan tujuan baru dari dorongan seks, yaitu reproduksi. Tahap inilah yang disebut fase genital.
2)      Jenis Kelamin
Laki-laki dan perempuan mempunyai pandangan tentang bentuk dan perilaku seksual yang berbeda. Pria lebih permisif terhadap perilaku seksual dibandingkan wanita, mereka beranggapan bahwa seksualitas merupakan cara bersenggama, cara pacaran, dan cara mencari hati lawan jenis. Sedangkan wanita lebih malu-malu dan cenderung tidak tahu.
2.7 Asuhan Keperawatan Pada Seksualitas
2.5.1   Masalah terkait seksualitas
1)   Ketidakefektifan pola seksual
-batasan karakteristik
a. kesulitan dalam aktivitas seksual
b. kesulitan dalam perilaku seksual
c. konflik nilai
d. perubahan dalam hubungan orang terdekat
e. perubahan pada aktivitas seksual
f. perubahan pada perilaku seksual
g. perubahan peran seksual
-faktor yang brhubungan
a. hambatan dalam hubungan dengan orang terdekat
b. konflik dengan orientasi seksual
c. konflik dengan perbedaan farian
f. keterampilan tentang alternatif yang berhubungan dengan seksual
g. kurang pengetahuan dengan alternatif yang berhubungan dengan seksual
h. modal peran tidak cukup
i. takut hamil
j. takut infeksi menular seksual
k. tidak ada orang terdekat
l. tidak ada prifasi
2)   Harga diri rendah kronik
-batasan karakteristik
a. bergantung pada pendapat orang lain
b. ekspresi serba salah
c. ekspresi rasa malu
d. enggan mencoba hal baru
e. kegagalan hidup berulang
f. kontak mata kurang
g. melebih-lebihkan umpan balik negatif tentang diri sendiri
h. perilaku bimbang
i. perilaku tidak asertif
-faktor yang berhubungan
a. gangguan psikiatrik
b. kegagalan berulangc. Ketidak sesuaian budaya
c. ketidaksesuaian spiritual
d. koping terhadapkehilangan tidak efrektif
e. kurang kasih sayang
f. kurang keanggotaan dalam kelompok
g. kurang aspek dari orang lain
h. merasa efek tidak sesuai
i. terpapar peristiwa traumatik



3)   Gangguan Citra tubuhr
-batasan karakteristik
a. berfokus pada fungsi masa lalu
b. berfokus pada penampilan masa lalu
c. gangguan fungsi tubuh
d. gangguan pandangan tentang ubuh seseorang
e. gangguan struktur tubuh
f. menghindari melihat tubuh
g. menghindari menyentuh tubuh
h. menolak menerima perubahan
i. perasaan negatif tentang tubuh
-faktor yang berhubungan
a. ciderab
b. Gangguan fungsi psikososial
c. ketidaksesuaian budaya
d. ketidaksesuaian spiritual
e. perubahan fungsi kognitif
f. perubahan fungsu tubuh
g. peruban persepsi diri
h. trauma
4)   Gangguan pola tidur
-batasan karakteristik
a. kesulitan jatuh tertidur
b. ketidakpuasan tidur
c. menyatakan tidak merasa cukup istirahat
d. perubahan pola tidur normal
e. sering terjaga tanpa jelas penyebabnya
-faktor yang brhubungan
a. gangguan karena pasangan tidur
b. halangan lingkungan,misal bising
c. imobilisasi
d. kurang prifasi
e. pola tidur tidak menyehatkan
5)   Disfungsi seksual
-batasan karakteristik
a. gangguan aktivitas seksual
b. gangguan aksitasi selsual
c. gangguan kepuasan seksual
d. merasakan keterbatasan seksual
e. penuruna hasrat seksual
f. perubahan fungsi seksual yang tidak diinginkan
-faktor yang berhubungan
a. adanya penganiayaan,misal fisik/seksual
b. gangguan fungsi tubuh
c. gangguan struktur tubuh
d. konflik nilai
e. kurang pengetahuan tentang fungsi seksual
6)   Gangguan rasa nyaman
-batasan karakteristik
a. ansietas
b. berkeluh kesah
c. gangguan pola tidur
d. gatal
e. gejala disstres
f. iritabilitas
g. kridakmampuan untuk rilek
-faktor yang berhubungan
a. gejala terkait penyakit
b. kurang konrol situasi
c. kurang prifasi
d. stimulasi lingkungan yang mengganggu
7)   Stres berlebihan
-batasan karakteristik
a. dampak negatif dari stres,misal gejala fisik
b. ganggua berfungsi
c. gangguan pengambilan keputusan
d. perasaan tertekan
e. tegang
f. peningkatan ketidak sabran
-faktor yang berhubungan
a. stres berlebihan
b. stressor
c. stressor berulang
d. sumber daya tidak cukup
2.5.2   NOC & NIC
Ketidakefektifan pola seksual
NOC:
1)   Setelah dilakukan tindakan askep selama 3x24 jam didapat status kecemasan dengan indikator: Mengurangi penyebab kecemasan dari skala 1 Ke 5.
2)   Setelah dilakukan askep selama 2x24 jam didapat status koping dengan indikator:  adaptasi perubahan hidup dari skala 1 ke 4
3)   Setelah dilakukan askep selama 2x24 jam didapat status citra tubuh dgn indikator: penyesuaian terhadap perubahan kesehatan skala 1 ke 4


NIC:
1)      Pengurangan kecemasan
2)      Peningkatan koping
3)      Peningkatan citra tubuh
Harga diri rendah kronik
NOC:
1)      Setelah dilakukan askep selama 3x24 jam didapat status dukungan keluarga dengan indikator: anggota keluarga bertanya bagaimana mereka dapat membantu dari skala 1 ke 5
2)      Setelah dilakukan askep selama 2x24 jam didapat keseimbangan alam perasaan dengan indikator: menunjukkan alam perasaan yang stabil dari skala 2 ke 5
3)      Setelah dilakukan askep selama 3x24 jam didapat status harga diri  dengan indikator: perasaaan tentang nilai diri dari 1 ke 5
NIC:
1)    Peningkatan sistem dukungan keluarga
2)   Manajemen alam perasaan
3)   Peningkatan sosialisasi
4)   Membangun hubungan yang komplek
Gangguan Citra
NOC:
1)      Setelah dilakukan askep selama 3x24 jam didapat status kecemasan dengan indikator:  Mengurangi penyebab kecemasan dari skala 1 ke 5
2)      Setelah dilakukan askep selama 2x24 jam didapat status perawatan diri dengan indikator:  mempertahankan kenbersihan tubuh skala 1 ke 5
3)      Setelah dilakukan askep selama 2x24 jam didapat status perawatan diri dengan indikator:  orientasi kognitif dari skala 1 ke 5.
NIC:
1)      Pengurangan kecemasan
2)      Bantuan perawatan diri
3)      Peningkatan kesadaran diri
4)      Menghadirkan diri
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
            Seksualitas adalah suatu aspek inti manusia sepanjang kehidupannya dan meliputi sek, identitas dan peran orientasi seksual,erotisme,kenikmatan,kemesraan dan reproduksi. Fungsi dari seksualitas itu sendiri yaitu sebagai kesuburan,kenikmatan,mempeerat ikatan dan meningkatkan intiman pasangan,menegaskan maskulinitas atau feminitas, meningkatan harga dirimencapai kekuasaan atau dominasi dalam hubungan,mengurangi ansietas atau ketegangan,pengambilan resiko,keuntungan materi.Seksualitas di pengaruhi oleh beberapa dimensi yakni dimensi sosiokultural,dimensi agama dan etik,dimensi psikologis,dan dimensi biologis.Ada banyak permasalahan seksualitas yang antara lain di sebabkan oleh ketidaktahuan mengenai seks,kelelahan,konflik dan kebosanan.
B.Saran
            Masalah seksual merupakan masalah subyektif dank arena diagnosis sering kali bergantung pada kesadaran orang untuk memeriksakan diri,masalah atau gangguan seksual sulit sekali untuk di identifikasi,ditangani dan di pantau, terutama jika masalahnya bersifat psikoseksua, untuk itu sebagai seorang perawat perlu adanya promosi kesehatan seksual kepada masyarakat agar mengetahui dengan benar konsep seksualitas untuk meningkatkan control dan meningkatkan ksehatan seksual mereka. Apalagi kepada remaja yang rentan terlibat dalam perilaku seksual yang beresiko menyebabkan infeksi menular seksual,kehamilan tidak di harapkan, dan kesehatan seksual yang buruk.












DAFTAR PUSTAKA
Uripmi Lia, 2011. Psikologi kebidanan. Jakarta: EGC
Amy G. Miron dan Charles D. Miron. 2006. Bicara Soal Cinta, Pacaran, dan Seks Pada Remaja. Jakarta : Erlangga
Fitriyanti A. 2011. Hubungan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Dengan Perilaku Remaja Dengan Perilaku Reproduksi Sehat. Medan
Syaifuddin. 2009. Fisiologi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan, Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika
Nurjanah, I, 2010, Intan’s Screening Diagnoses Assesment (ISDA), Mocomedia: Yogyakarta
NANDA, 2007, Nursing Diagnoses: Definitions and Clasification 2007-2008, Philadelphia
NANDA, 2010, Diagnosa Keperawatan: Definisi dan klasifikasi 2009-2010, EGC: Jakarta
Bibilung. 2007. Hamil Dan Libido. Available From

0 komentar:

Posting Komentar