MAKALAH PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA
KONSEP
SEKSUALITAS
Oleh: KELOMPOK 7
|
PROGRAM STUDI ILMU
KEPERAWATAN
STIKES NGUDIA HUSADA
MADURA
BANGKALAN
2017-2018
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………1
1.2 Rumusan Masalah
…………………………………………………2
1.3 Tujuan Masalah …………………………………………………2
1.4 Manfaat …………………………………………………2
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Definisi Seksualitas ………………………………………………....3
2.2 Respon Seksual …………………………………………………4
2.3 Kehamilan dan Seksualitas …………………………………………6
2.4 Hubungan Seksualitas ………………………………………...10
2.5 Seksualitas dalam Keperawatan ………………………………...12
2.6 Faktor-faktor Terkait Seksualitas ………………………………...13
2.7 Asuhan Keperawatan (NIC & NOC) Terkait Seksualitas
………...14
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan ………………………………………………………...20
3.2 Saran ………………………………………………………………...20
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT
atas limpahan rahmat dan karunia Nya Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini .
Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun untuk
perbaikan makalah di masa mendatang. Dalam kesempatan ini kami juga
menyampaikan terima kasih yang tidak terhingga bapak Dosen yang telah
membimbing kami dalam penyusunan makalah ini
dan kepada kedua orang tua atas jerih payah dan doa yang tak
henti-hentinya.
|
Semoga Allah SWT selalu meridhoi
kehidupankita, aamiin.
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pertumbuhan, perkembangan
seseorang berlangsung sejak dilahirkan sampai dengan mati.
Memiliki arti kuantitatif atau segi jasmani
bertambah besar bagian-bagian tubuh. Kualitatif atau psikologis bertambah
perkembangan intelektual dan bahasa.
Pertumbuhan dan perkembangan dicakup dalam kematangan. Manusia disebut matang jika fisik dan psikisnya telah mengalami pertumbuhan dan perkembangan sampai pada tingkat tertentu (Langeveld).
Pertumbuhan dan perkembangan dicakup dalam kematangan. Manusia disebut matang jika fisik dan psikisnya telah mengalami pertumbuhan dan perkembangan sampai pada tingkat tertentu (Langeveld).
Konsep pertumbuhan dan
perkembangan berlangsung secara interpendensi saling bergantung satu sama lain.
Tidak bisa dipisahkan tetapi bisa dibedakan untuk memperjelas penggunaannya
(Sunarto, 1999).
Perkembangan individu sangat
dipengaruhi oleh adanya pertumbuhan jika seorang individu mengalami pertumbuhan
yang baik maka perkembangan akan baik pula. Pernyataan ini berbanding lurus
dengan H.M. Arifin tentang perkembangan, bahwa perkembangan diprasyarati oleh
adanya pertumbuhan, oleh karena itu pertumbuhan sangatlah mendukung
perkembangan seseorang (Diah Puji, 2009).
Fase perkembangan individu tidak
terlepas dari proses pertumbuhan individu itu sendiri. Perkembangan pribadi
individu meliputi beberapa tahap atau periodisasi perkembangan, antara lain
perkembangan berdasarkan analisis Biologis, perkembangan berdasarkan Didaktis,
perkembangan berdasarkan psikologis.
Fase perkembangan Biologis merupakan perubahan
kualitatif terhadap struktur dan fungsi-fungsi fisiologis atau pembabakan
berdasarkan keadaan atau proses pertumbuhan tertentu. Fase perkembangan dedaktis
dapat dibedakan menurut dua sudut tujuan, yaitu dari sudut tujuan teknis umum
penyelenggara pendidikan dan dari sudut tujuan teknis khusus perlakuan
pendidikan. Fase perkembangan psikologis merupakan pribadi manusia dimulai
sejak masa bayi hingga masa dewasa.
Aspek– aspek perkembangan
individu meliputi fisik, intelektual, sosial, emosi, bahasa, moral dan agama.
Perkembangan fisik meliputi pertumbuhan sebelum lahir dan pertumbuhan setelah
lahir. Intelektual (kecerdasan) atau daya pikir merupakan kemampuan untuk
beradaptasi secara berhasil dengan situas baru atau lingkungan pada umumnya.
Sosial, setiap individu selalu berinteraksi dengan lingkungan dan selalu
memerlukan manusia lainnya. Emosi merupakan perasaan tertentu yang menyertai
setiap keadaan atau perilaku individu. Bahasa merupakan kemampuan untuk
berkomunikasi dengan yang lain. Moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan
melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral. Agama merupakan
kepercayaan yang dianut oleh individu.
Untuk efisiensi waktu, maka
penulis membatasi penulisan ini pada perkembangan peserta didik fase remaja
aspek psikoseksual. Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam
siklus perkembangan individu, dan merupakan masa transisi yang dapat diarahkan
kepada perkembangan masa dewasa yang sehat (Konopka, dalam Pikunas, 1976;
Kaczman & Riva, 1996). Apabila gagal dalam tugas perkembangannya, dalam
mengembangkan rasa identitasnya. Maka remaja akan kehilangan arah.
1.2 Rumusan Masalah
Dari
Latar belakang diatas kami mendapat rumusan masalah sebagai berikut :
a) Apa
definisi tentang seksualitas?
b) Apa
yang dimaksud respon seksualitas?
c) Bagaimana
hubungan kehamilan dan seksualitas?
d) Bagaimna
hubungan seksualitas?
e) Bagaimana
Definisi Seksualitas dalam keperawatan?
f) Apa
saja Faktor-faktor Terkait Seksualitas?
g) Bagaimana Asuhan
keperawatan (NIC & NOC) terkait seksualitas?
1.3 Tujuan
Dari
Rumusan Masalah diatas kami mendapat Tujuan masalah sebagai berikut :
1.3.1
Tujuan Umum
Mahasiswa
Mampu Mengetahui Konsep Seksualitas.
1.3.2
Tujuan Khusus
a)
Untuk Mengetahui Definisi Seksualitas.
b)
Untuk Memahami Respon Seksualitas.
c)
Untuk Mengetahui Hubungan kehamilan dan Seksualitas.
d)
Untuk Mengetahui Hubungan Seksualitas.
e)
Untuk Memahami seksualitas dalam keperawatan.
f)
Untuk Mengetahui Faktor-faktor Terkait Seksualitas.
g)
Untuk Memahami Asuhan Keperawatan (NIC & NOC) Terkait Seksualitas.
1.4 Manfaat
Dari Tujuan diatas kami
mendapat manfaat bisa mengetahui bagaimana respon seksualitas, definisi
seksualitas, hubungan kehamilan dan seksualitas, seksualitas dalam keperawatan,
Faktor-faktor terkait seksualitas dan asuhan keperawatan terkait seksualitas
berdasarkan NANDA NIC & NOC.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Definisi Seksualitas
Seksualitas merupakan energi psikis
yang mendorong manusia untuk bertingkah laku. Tidak hanya perilaku untuk
masalah seks saja, tetapi juga kegiatan-kegiatan nonseksual, seperti bidang
kesenian, ilmiah, melakukan kewajiban moral, dan lain-lain. Sebagai energi
psikis seks tersebut merupakan motivasi untuk berbuat sesuatu.
Aktifnya insting seks dalam diri
manusia umumnya baru berlangsung pada usia pubertas. Menurut Freud, seksualitas
itu sudah memanifestasikan diri sejak masa bayi, dalam bentuk tingkah laku yang
tidak menggunakan alat kelamin, missal waktu bayi menyusu ibunya, atau sewaktu
menikmati permukaan kulit yang di belai sayang oleh ibunya. Seksualitas bayi
ditekankan pada erotic oral atau mulut.
Seks adalah satu mekanisme, yang
dengannya manusia mampu meneruskan keturunan. Oleh sebab itu, seks merupakan
mekanisme vital, sehingga manusia dapat berevolusi sepanjang sejarah manusia.
Di samping hubungan sosial biasa, di antara wanita dan pria dapat terjadi
hubungan khusus yang sifatnya erotis dan disbut relasi seksual, yakni kedua
belah pihak dapat menghayati bentuk kenikmatan, jika dilakukan dalam hubungan
yang normal / heteroseksual, dan yang termasuk abnormal adalah homoseksual /
lesbian.
Laki-laki dan wanita dewasa adalah
mereka yang mampu melakukan relasi seksual yang adekuat atau dengan kata lain
wanita dewasa bila mampu mengadakan hubungan seksual dengan seorang pria dalam
bentuk yang normal dan bertanggung jawab.
Pria normal secara kejiwaan mampu
mengadakan relasi seksual dengan wanita. Hubungan normal mengandung arti bahwa
hubungan tersebut tidak mengakibatkan konflik-konflik psikis pada kedua belah
pihak, relasi seks yang bertanggung jawab berarti bahwa kedua belah pihak
menyadari konsekuensinya dan berani memikul tanggung jawab baik terhadap diri
sendiri maupun pasangannya dan melakukannya dalam batas-batas norma etis atau
kesusilaan, norma masyarakat, dan norma agama. Bentuk seks yang abnormal dan
menyimpang adalah sadisme, homo seksualitas, kelesbianisme, masturbasi, onami,
eksibisionisme, impotensi (lemah), mikrofilia (tertarik secara seksual untuk
menyetubuhi mayat), bestialitas (persetubuhan dengan binatang), inses (
bersetubuh dengan orang tua atau saudara kandung), oralseks (melalui mulut).
Seksualitas pada binatang
ditentukan oleh insting yang bearsal dari naluri dan ciri-ciri kodrati. Sedang
seksualitas pada diri manusia ditentukan oleh tiga komponen yaitu :
1.
Komponen
hormonal. Ditentukan oleh hormon-hormon tertentu. Yang memengaruhi perkembangan
aktivitas seks, yaitu hormone estrogen pada wanita dan testosteron pada pria.
2.
Komponen
genetis. Terdapatnya kromosom-kromosom seks, yaitu kromosom X/wanita dan
kromosom Y/pria
3.
Komponen
psikologis. Yang terdapat pada seksualitas manusia dipengaruhi oleh
factor-faktor lingkungan, keluarga atau alam sekitar, kultural dan semua
pengalaman hidup individu, seperti pendidikan, pengaruh bacaan, film, pergaulan
dan lain-lain.
2.2 Respon seksual
Hipotalamus
dan kelenjar hipofisis anterior pada wanita dan pria mengatur produksi FSH dan
LH. Jaringan target hormon-hormon ini adalah gonad: ovarium dan testis. Pada
wanita ovarium memproduksi ovum dan menyekresi progesteron dan estrogen. Pada
pria testis memproduksi sperma dan menyekresi testoteron. Mekanisme umpan balik
antara hormon yang di sekeresi oleh gonad. Hipotalamus, dan hipofisis anterior
membantu mengendalikan produksi sel-sel kelamin dan sekresi hormon seks
steroid.
2.2.1
Respon
fisiologis terhadap stimuli seksual
Walaupun
pematangan perkembangan pada wanita terjadi pada umur yang lebih dini, baik
pria maupun wanita mencapai kematangan fisik pada usia sekitar 17 tahun.
Walaupun demikian, frekuensi perkembangan individu sangat bervariasi. Perbedaan anatomi dan reproduksi tidak
menjadi penghalang, respon fisiologis wanita dan pria terhadap rangsangan
seksual dan orgasme lebih banyak persamaannya dari pada perbedaannya. Misalnya,
glens , klitoris, dan glan penis homolog pada masa embrio. Bukan saja hanya
terdapat sedikit perbedaan antara respon seksual wanita dan pria, tetapi respon
fisik pun pada dasarnya sama, baik di stimulasi oleh koitus, fantasi, mekanis,
maupun oleh masturbasi manual.
Secara
fisiologis menurut Masters dan Jhonson (1966), respon seksual dapat dianalisis
menjadi 2 proses : vasokongesti dan miotonia. Stimulasi seksual menimbulkan
refleks vasokongesti, dilatasi pada pembuluh darah penis (ereksi pada pria) dan
pembuluh darah sirkumvaginalis (lubrikasi pada wanita) sehingga terjadi
engorgement dan distensi genetali. Kongesti vena dilokalisasi terutama pada
genetalia, tetapi juga terjadi dalam derajat yang lebih kecil di payudara dan
bagian-bagian tubuh yang lain.
Bangkitan
ditandai dengan miotonia (peningkatan tegangan otot), menyebabkan
kontraksi ritmik yang volunter dan
involunter. Contoh-contoh miotonia yang di stimulasi secara seksual adalah
doroongan pelvi, wajah meringis, serta spasme tangan dan kaki (spasme
karpopedal).
Siklus respon seksual dibagi
menjadi 4 fase, yaitu :
1. Fase rangsangan (Exicetement)
Reaksi umum pada
kedua jenis kelamin :
a)
Denyut jantung
dan tekanan darah meningkat.
b)
Puting susu
ereksi.
c)
Miotonia
dimulai.
a.
Reaksi
wanita :
a)
Diameter
klitoris membesar dan membengkak.
b)
Genetalia
eksterna menegang dan warna menjadi gelap.
c)
Terjadi
lubrikasi vagina : dua pertiga bagian atas vagina memanjang dan meluas.
d)
Serviks dan
uterus tertarik ke atas.
e)
Ukuran payudara
membesar.
b.
Reaksi
pria
:
a)
Timbul ereksi
penis : panjang dan diameter penis meningkat.
b)
Kulit skrotum
menegang dan menebal.
c)
Testis mulai
menegang dan terangkat ke arah tubuh
2. Fase falateau (penguatan fase exicetement)
Reaksi umum pada kedua
jenis kelamin :
a)
Denyut jantung
dan tekanan darah terus meningkat.
b)
Pernafasan
meningkat.
c)
Miotonia menjadi
nyata : wajah meringis.
a.
Respon
wanita :
a)
Kepala klitoris retraksi
dibawah pembungkus klitoris.
b)
Sepertiga bagian
bawah vagina membesar.
c)
Warna kulit
berubah terlihat kemerahan di payudara,
abdomen atau dipermukaan yang lain.
b.
Respon
pria :
a)
Kepala penis
sedikit membesar.
b)
Scrotum menegang
dan menebal.
c)
Testis terangkat
dan membesar.
d)
Sekresi kelenjar
cowper (bulbouretalis) pengeluaran dua atau tiga tetes cairan bening (madzi)
pada kepala penis sebelum orgasme.
3. Fase orgasme (penyaluran kumpulan darah dan tegangan
otot)
Reaksi umum pada kedua jenis
kelamin :
a)
Denyut jantung,
tekanan darah, dan pernafasan meningkat sampai tingkat maksimum.
b)
Timbul spasme
otot involunter.
c)
Sfingter rektum
eksterna berkontraksi.
a.
Respon
wanita :
a)
Kontraksi ritmik
yang kuat terasa di klitoris, vagina dan uterus.
b)
Sensasi hangat
menyebar diseluruh daerah pelvis.
b.
Respon
pria :
a)
Testis terangkat
ketingkat maksimum.
b)
Titik yang tidak
terelakan terjadi sesaat sebelum ejakulasi dan terasa ada cairan di uretra.
c)
Kontraksi pada
penis, uretra anal spincter, vesikula seminalis, kelenjar prostat, otot sphincter
vesika urinaria interna dan vasdeferens.
d)
Terjadi
ejakulasi semen (ejakulat) yang terdiri dari sperma dari testis dan cairan dari
sekresi kelenjar vesicula seminalis, prostat dan bulbouretralis.
4. Fase resolusi (fisiologis dan psikologis kembali kedalam
keaadan tidak terangsang)
Reaksi umum pada kedua jenis
kelamin :
a)
Denyut jantung,
tekanan darah, dan pernafasan kembali normal.
b)
Ereksi puting
susu mereda.
c)
Miotonia
berkurang.
d)
Berkeringat.
a.
Respon
wanita :
a)
Engorgement pada
genetalia eksterna dan vagina berkurang.
b)
Serviks dan
uterus turun ke posisi normal
c)
Ukuran payudara
mengecil.
d)
Kemerahan
dikulit menghilang.
b.
Respon
pria :
a)
50% ereksi
segera hilang setelah ejakulasi : penis secara bertahap kembali keukuran
normal.
b)
Periode
refrakter (waktu yang diperlukan supaya ereksi lagi) bervariasi sesuai usia dan
kondisi fisik secara umum.
2.3 Kehamilan dan
Seksualitas
Perubahan kehidupan seksual dapat
terjadi karena perubahan-perubahan yangterjadi secara fisik dan mental,
khususnya pada istri dan pasangan itu umumnya.Kondisi yang lemah dari istri
seperti karena mual-mual atau muntah, nafsu makan yang menurun akan
membuatnya lemah dan keinginan seksualnya menurun.Kadang-kadang
walau suami mengajak, istri sering menolak. Hanya bila suamimerasa senang
dengan kehamilan itu, dia dapat mengatasinya dengan
baik.Pada wanita yang tidak mengalami muntah atau
mual yang serius,makaaktivitas seksual tidak akan terganggu.
Bahkan cukup banyak dari mereka
yang justru meningkat keinginan seksual serta
frekuensi hubungan seksnya karenamerasa bahagia telah hamil. Suami-istri senang bersama-sama
dan ingin menikmatinya dalam kontak seksual yang sering. Pada 3 bulan
kedua, Sekitar 80 persen wanita akan meningkat doronganseksnya.
Selain itu, mual atau muntah sudah hilang. Kesehatan umumnya akan meningkat.
Perasaan senang karena hamil. Pada sebagian faktor lain ialahterjadinya
pembesaran payudara yang membuat daya tariknya meningkat. Suamiakan
merasa lebih bergairah melihat istrinya yang payudaranya bertambah
besar. besar pasangan kontak seksual akan jauh lebih sering pada
periode ini.Pada 3 bulan ketiga, beban kehamilan itu sudah memberati si Ibu.
Banyak wanita yang jadi susah makan.
Juga banyak keringat yang
membuatnya tidak bersih, sehingga daya tariknya pun menurun. Selain itu.
pada kehamilan yangmulai tua, akan timbul peningkatan cairan tubuh. Hampir
semua badan letih atau bengkak. Air ditahan dalam badan. Akibatnya, cairan
vagina juga bertambah.
Adaterasa licin yang mengganggu sehingga kontak seksual menjadi kurang
memuaskan.
2.3.1
Fisiologi Seks
Kehidupan seks yang bahagia dan
memuaskan selalu didambakan oleh setiap pasangan suami–istri. Keinginan itu
tetap ada pada mereka walaupun pada saat hamil.
Pada fase pertama didahului oleh
adanya libido, yakni dorongan seks yang membuat orang melakukan aktivitas
seksual. Libido adalah suatu peristiwa dalam otak. Oleh karena itu hal-hal yang
mempengaruhi libido lebih banyak pengaruh psikis atau kejiwaan. Pengaruh itu
dapat meliputi keadaan jiwa pada saat itu, hubungan suami–istri, maupun kondisi
sekitar.
Fase kedua ialah fase terangsang.
Pada fase ini, sudah timbul perubahan-perubahan pada tubuh dan umumnya telah
terjadi aktivitas seksual berupa cumbuan dengan berbagai cara. Perubahan yang
utama ialah pada pria adanya ereksi penis serta kenikmatan di daerah-daerah
genital dan daerah lain yang disentuh. Pada wanita, perubahan yang terjadi
ialah timbulnya cairan vagina serta membengkaknya daerah-daerah alat kelamin.
Juga timbulnya kenikmatan pada daerah-daerah tadi, serta bagian tubuh lain yang
disentuh. Lamanya fase ini tergantung pada aktivitas seksual tadi. Sebagian
pasangan melakukannya hanya singkat dan akhirnya menuju orgasme atau ejakulasi.
Tetapi pada pasangan lain, aktivitas yang diatas berlangsung lama sekali.
Fase ketiga adalah fase orgasme/ejakulasi.
Sesudah kenikmatan cukup tinggi dan aktivitas seksual dilakukan terus maka
kenikmatan akan meninggi dan terus menuju puncaknya. Puncak dari kenikmatan ini
disebut klimaks atau orgasme. Pada wanita, puncak kenikmatan dapat timbul
beberapa kali. Mungkin tercapai pada saat ciuman, pelukan lalu diakhiri dengan
suatu klimaks yang tinggi. Sehingga orgasme terdapat beberapa kali. Sedangkan
pada laki-laki, orgasme hampir selalu tercapai pada saat ejakulasi yakni
semprotan cairan sperma. Akibatnya orgasme pria hanya terjadi satu kali untuk
setiap senggama.
Fase resolusi ialah keadaan
sesudah mencapai puncak kenikmatan akan menurun dan secara pelan-pelan akan
kembali kedasar yaitu keadaan dimana aktivitas seksual kembali ke istirahat dan
semua perubahan fisiologispun akan kembali juga ke keadaan sebelum melakukan
aktivitas seksual. Tetapi secara psikologis, keadaan dapat dinikmati begitu
tinggi antara suami–istri. Kesan mendalam karena mendapatkan orgasme
bersama-sama, akan memberikan keintiman yang mendalam pula bagi berdua. Makin
dalam kesan tadi, makin lama kenikmatan berada dalam ingatan sehingga keintiman
suami–istri pun mungkin mendalam dan berlangsung lama.
2.3.2
Kehidupan Seks pada Kehamilan
Perubahan kehidupan seksual dapat
terjadi karena perubahan-perubahan yang terjadi secara fisik dan mental,
khususnya pada istri dan pasangan itu umumnya. Kondisi yang lemah dari istri
seperti karena mual-mual atau muntah, nafsu makan yang menurun akan membuatnya
lemah dan keinginan seksualnya menurun. Kadang-kadang walau suami mengajak,
istri sering menolak. Hanya bila suami merasa senang dengan kehamilan itu, dia
dapat mengatasinyadenganbaik.
Pada wanita yang tidak mengalami
muntah atau mual yang serius, maka aktivitas seksual tidak akan terganggu.
Bahkan cukup banyak dari mereka yang justru meningkat keinginan seksual serta
frekuensi hubungan seksnya karena merasa bahagia telah hamil. Suami–istri
senang bersama-sama dan ingin menikmatinya dalam kontak seksual yang
sering.
Pada 3 bulan kedua, sekitar 80
persen wanita akan meningkat dorongan seksnya. Selain itu, mual atau muntah
sudah hilang. Kesehatan umumnya akan meningkat. Perasaan senang karena hamil.
Pada sebagian faktor lain ialah terjadinya pembesaran payudara yang membuat
daya tariknya meningkat. Suami akan merasa lebih bergairah melihat istrinya
yang payudaranya bertambah besar serta bahagia karena istri telah hamil. Kedua
faktor itu membuat suami juga meningkat keinginan seksnya, sehingga pada
sebagian besar pasangan kontak seksual akan jauh lebih sering pada periode ini.
Pada 3 bulan ketiga, beban
kehamilan itu sudah memberati si Ibu. Banyak wanita yang jadi susah makan. Juga
banyak keringat yang membuatnya tidak bersih, sehingga daya tariknya pun
menurun. Selain itu pada kehamilan yang mulai tua, akan timbul peningkatan
cairan tubuh. Hampir semua badan letih atau bengkak. Air ditahan dalam badan.
Akibatnya, cairan vagina juga bertambah. Ada terasa licin yang mengganggu
sehingga kontak seksual menjadi kurang memuaskan.
Pada pasangan-pasangan yang
saling mencintai akan senang akan kehamilan itu, pertambahan cairan vagina tak
akan mengganggu. Tetapi pada orang-orang yang sangat mendambakan kenikmatan
seksual, apalagi bila ada konflik suami–istri, maka kondisi itu dapat menjadi
biang keladi kekurang puasan sampai pada hubungan seks luar nikah. Bila
percekcokan atau hubungan diluar nikah sampai terjadi, maka perlu dicari
penyebabnya. Apakah pribadi suami yang mengakibatkan pertambahan cairan vagina
sebagai gara-gara atau ada konflik diantara mereka.
Pada sebagian wanita hamil berat,
maka kontak seksual dirasakan ancaman terhadap kehamilan. Bila rahim dengan
bayi telah mulai menurun kearah vagina, maka penis suami dapat membentur daerah
rahim. Stimulasi yang berat ke leher rahim akan membuat seluruh rahim bergerak
seolah-seolah mau melahirkan. Bahkan ada yang bisa gugur. Timbul kontraksi
rahim yang kuat. Kadang ada darah, ancaman keguguran menjadi kekhawatiran.
Karenanya sebagaian wanita menolak melakukan hubungan seksual pada akhir-akhir
kehamilan.
Pada kondisi dimana keguguran
sering terjadi, maka sepantasnyalah hubungan seks dilakukan dengan
berhati–hati. Bila keguguran telah sering terjadi dan kehamilan belum pernah
berlangsung selamat, maka sebaiknya 3 bulan pertama dilarang atau berhenti
melakukan hubungan seks.
Sesudah 3 bulan pertama lewat,
hubungan seks dapat dicoba kembali dengan sangat hati-hati sehingga penis
diharapkan tidak membentur daerah rahim. Namun bila terasa sakit atau keluar
darah, maka sebaiknya senggama dihentikan. Demikian juga pada akhir-akhir
kehamilan. Benturan yang terlalu keras dari penis terutama ke daerah rahim,
akan membuat kontraksi rahim sangat kuat seperti akan melahirkan. Ini membuat
si Ibu ketakutan dan kesakitan. Dalam keadaan demikian hubungan seks harus
dilakukan hati-hati dan jangan sampai didorong kuat-kuat. Dengan demikian penis
tidak terlalu jauh masuk ke dalam namun diharapkan keduanya masih bisa mencapai
kepuasan.
Tetapi sering justru cara dan
sifat suami yang sulit. Ada suami yang sudah terbiasa kuat-kuat dengan harapan
istri akan lebih puas padahal justru bahaya jadi mengancam. Kemungkinan juga
karena keduanya sudah terangsang tinggi, maka secara otomatis dan tanpa sadar
mendorong sekuat-kuatnya. Akibatnya timbul benturan penis dengan leher rahim.
Inipun akan mengancam keguguran itulah sebabnya perlu dibicarakan
bersama-sama cara kontak seksual yang aman sehingga keduanya masih bisa
menikmati dan kehamilan pun tidak terganggu.
2.3.3
Berhubungan Seks selama Kehamilan
Pada kehamilan yang normal. Alat
kelamin pria tidak akan dapat melakukan kontak langsung terhadap fetus (calon
bayi), karena keberadaannya dilindungi oleh dinding otot uterin dan cairan
amniotik. Ada lendir penyumbat di sekitar leher rahim (cervix) yang akan
mencegah air mani dan bakteri masuk ke dalam uterus. Sangatlah normal bila
hal tersebut akan sangat menghantui kehamilan, setelah beberapa kali gagal
mempertahankannya, namun, sampai sekarang tidak ada bukti-bukti kuat yang
menghubungkan antara berhungan sex di masa kehamilan muda dengan keguguran.
Keguguran di masa kehamilan muda
merupakan hasil dari cacat genetik selama perkembangan fetus. Namun, bila
terjadi perdarahan selama masa kehamilan muda, ada baiknya menunda dulu
berhubungan sex sampai pendarahannya benar-benar telah dapat
dihentikan. Orgasme memang akan mengakibatkan kontraksinya uterus, yang
pada sebagian wanita akan mengakibatkan rasa sakit dan membuatnya menghindari
berhubungan sex.
Banyak penelitian yang mengatakan
bahwa di kehamilan normal, orgasme tidak akan membuat bayi lahir prematur. Di
beberapa penelitian, kontraksi di masa kehamilan tiga semester pertama kadang
kala mengakibatkan detak jantung fetus menjadi pelan, tapi hal ini belum pernah
menyebabkan dampak yang membahayakan bagi fetus
2.4 Hubungan Seksualitas
Seksualitas merupakan
suatu komponen integral dari kehidupan seorangwanita normal, dimana hubungan
seksual yang nyaman dan memuaskan merupakan salah satu faktor yang berperan
penting dalam hubungan perkawinan bagi banyak pasangan (winkjosastro, 2002).
Hubungan seks adalah
hubungan yang bukan hanya alat kelamin dan daerah mudah terangsang yang ikut
berperan tetapi juga psikologis dan emosi (Manuaba,2002).
Frekuensi hubungan
seksual selama kehamilan sangat tergantung pada kondisi wanita. Semakin jarang
hubungan frekuensi seksual pada pasangan, semakin tidak sehat pernikahan
tersebut. Hal ini dikarenakan masing-masing kebutuhan ada yang tidak terpenuhi
dan dapat menyebabkan rasa frustasi karena kurangnya perhatian dari pasangan
tentang hal seksual.
Frekuensi rata-rata
berhubungan seks pada kehamilan adalah sebagai berikut: Terimester pertama 2
kali perminggu, Trimester kedua 3 kali perminggu, Trimester ketiga 1 kali
perminggu (Andik, 2007). Jadi selama tidak menjadi beban bagi istri, hubungan
intim selama hamil tak jadi masalah. Namun jika istri kehilangan dorongan
seksual dan hanya melakukan hubungan seksual demi memuaskan suami bisa hanya
akan menjadi beban (Dianloka, 2008).
2.4.1.
Hubungan seksual pada trimester ke-1 menurut
(Suryoprajogo 2008) adalah:
a)
Hubungan
Seksual pada Trimester Pertama (0-12 minggu)
Selama tiga bulan pertama kehamilan wanita
yang mengalami mual muntah karena pengaruh hormon terjadinya peningkatan hormon
progresteron, sehingga merasakan dorongan seksualnya menurun yang mengakibatkan
berkurangnya frekuensi semua aktivitas seksual. Keadaan
ini mudah dipahami, karena mual dan muntah yang terjadi dapat menimbulkan
gangguan bagi kesehatan tubuh secara umum. Meskipun terdapat bermacam-macam
variasi dari masing- masing pasangan, pola ketertarikan seksual pada trimester
pertama kehamilan tetaplah umum. Tidak mengherankan jika pada awal kehamilan
terjadi penurunan minat terhadap seks. Survey mengatakan bahwa 54% wanita
mengalami penurunan libido pada trimester pertama. Akan tetapi, pada wanita
yang kehamilan trimester pertamanya sangat nyaman, hasrat seksual yang muncul
kemungkinan sama atau bahkan meningkat dengan kondisi sebelum kehamilan
terjadi. Sebagian kecil wanita bahkan merasakan perubahan yang sangat
signifikan terhadap kehidupan seksualnya. Hal tersebut sering kali disebabkan
oleh perubahan hormon pada awal kehamilan yang membuat organ vulva lebih
sensitif dan payudara yang lebih berisi sehingga meningkatkan kepekaan terhadap
sentuhan.
2.4.2.
Mitos hubungan seksual selama hamil dalah:
a)
Banyak berhubungan seks bayi sehat
Mitos tersebut tidaklah benar. Pernyataan
tersebut seringberedar dalam masyarakat dengan alasan bahwa pada saat
melakukanhubungan seksual bayi didalam rahim akan mendapatkan siramanpertama
sperma sehingga bayi menjadi subur.Kesuburan dan kesehatan bayi tidak
ditentukan oleh siramansperma pada saat berhubungan seksual. Akan tetapi, kualitas kesehatandan kesuburan bayidipengaruhi oleh
kualitas spermatozoa yang telahberhasil membuahi sel telur dan kualitas makanan
yang dikonsumsiibu.
b)
Bayi cepat lahir
Berhubungan seks pada saat bayi dalam
kandungan sudahberumur diindikasikan dapat mengakibatkan kontraksi rahim.
Adanyakontraksi rahim bisa memicu kelahiran bayi yang sudah berumur,namun jika
umur bayi dalamkandungan belum cukup, makaberhubungan seks tidak akan
mengakibatkan bayi cepat lahir.Kontraksi rahim tersebut disebabkan oleh hormon
prostaglandin yangterdapat pada cairan semen yang dikeluarkan suami pada
saatejakulasi.
c)
Berhubungan seks menganggu bayi
Hubungan seks tidak akan menganggu perkembangan
bayi.Akantetapi, perludiingat kondisi kehamilannya juga perlu tetapdijaga. Selama hamil tidak dilarang untuk berhubungan seks.Melakukan
hubungan seksual tidak akan bermasalah karena janinterlindung oleh selaput dan
cairan ketuban. Dengan catatan hubunganseks yang wajar atau dengan kata lain
tidak terlalu ekstrem.
d) Libido tinggi
Keinginan berhubungan seks yang tinggi antara ibu hamil yangsatu
dengan yang lainnya sangatlah berbeda. Hal tersebut dipengaruhibanyak faktor,
seperti faktor hormonal, psikologis, dan lain-lain.Tinggi atau tidaknya libido
seks ketika hamil merupakan hal wajaryang sering dialami. Hubungan yang
harmonis dengan suami jugasangat memungkinkan libido seks ibu hamil tinggi. Hal
terpentingadalah saling pengertian dankomunikasi dengan pasangan andasehingga
samasama terpuaskan ketikaberhubungan seks.
e) Posisi menentukan jenis kelamin bayi
Banyak yang mengatakan bahwa jika posisi
seorang priadimulai dari kiri dan diakhiri di sebelah kanan, maka bayi
yangdilahirkan berjenis kelamin laki-laki. Namun, jika
dimulai dari sebelahkanan dan diakhiri sebelah kiri, maka bayi yang dilahirkan
berjeniskelamin perempuan. Seorang laki-laki memiliki dua tipekromosomdalam
spermatozoa. Kedua kromosom tersebut adalah kromosom Xdan Y. Jika yang membuahi
sel telur adalah kromosom Y, maka bayiyangdilahirkan adalah laki-laki. Namun,
jika yang membuahi sel teluradalahkromosom X, maka bayi yang dilahirkan adalah
perempuan.
2.5 Seksualitas
dalam Keperawatan
Fakta yang ada di Indonesia,berbagai intervensi
terapiutik pemberian edukasi dan konseling yang merupakan bagian dari tujuan
pelayanan keperawatan,belum optimal dilaksanakanoleh perawat di Imdonesia.
Hasil wawancara dngan beberapa perawat (afiyanti,2013,unpublised data)
mengidentifikasi bahwa belum banyak perawat yang secara optimal memberikan
edukasi dan konseling tentang kesehatan psikoseksual kepada para pasien. Kalaupun
mereka memberikan penjelasan tentang hal tersebut,penjelasan yang diberikan
hanya terkesan sebagai pesan singkat dan dilakukan sambil lalu.
Brbagai hambatan seperti pengetahuan
yang terbatas dalam memberikan adukasi dn konseling seksual,keengganan mempromosikan
kesehatan seksual,sikap malu mendiskusikan yang berakaitan dengan aspek seksual
dan budaya tabu membicarakan masalah seksual merupakan halangan bagi para
perawat di Indonesia untuk melaksanakan asuhan keperawatan yang holistik.
Kondisi ini menyebabkan tidak terlaksananya pelayanan rehabilitas psikoseksual
yang seharusnya diberikan para perawat Indonesia (afianti,2013,unpublik data).
Para perawat memiliki kebutuhan untuk diberikan pengetahuan dan keterampilan
secara khusussehingga dapat memberi bantuan menyelesaikan masalah seksualpara
pasiennya.
Para pemberi pelayanan
kesehatan,termasuk perawat perlu dibekali pengetahuan,keterampilan dan memiliki
rasa nyaman ketika menjelaskan masalah seksualitas para kliennya. Selain
itu,para perawat membutuhkan pengetahuan dasar tentang konsep
seksualitas,fungsi seksual,dan beberapa isu atau masalah seksualitas.
Keterampilan komunikasi yang dekuat,dan pengetahuan dalam melakuan pemeriksaan
atau mengkaji masalah seksualitas,kenyamanan personal dalam mendiskusikan
seksualitas,dan sikap perduli atau caring yang sensitif juga diperlukan perawat
dalam membantu mengatasi masalah seksualitas kliennya. Selain itu,terdapat
banyak nilai sosial,mitos,dan isu sosial dimasyarakat seputar seksualitas serta aspek religi,pengaruh
budaya pada peran gendr,dan keyakinan berkenaan dengan orientasi seksual,iklim
sosial dan lingkunga memengaruhi sistem nilai personal setiap individu tentang
konsep seksualitas.
Oleh krena itu,sampai saat
ini pelayanan kesehatan dan keperawatan di Indonesia memiliki standar pelayan
untuk mempromosikan kesehatan seksual dan reproduksi khususnya untuk para
perempuan. Berdasarkan dua fakta tersebut,terdpat kebutuhan yang tidak
terpenuhi,baik kebutuhan para pasien memperoleh penjelasan dn informasi dri para
profesional kesehatan dalam menyelesaikan masalah seksualitad dan
reproduksinya,maupun kebutuhan para peofesional pemberi layanan kesehatan untuk
membantu menyelesaikan masalah seksual dan reproduksi para pasien mereka.
2.6 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Perilaku Seksual
1)
Meningkatnya Seksualitas
Usia kematangan seksual bagi
remaja putri pada saat usia haid pertama 13 tahun. Peningkatan hasrat seksual
ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual tertentu, semakin
tinggi dorongan seksual maka tingkat perilaku seksualnya juga semakin tinggi.
2)
Penundaan Usia Perkawinan
Adanya undang-undang perkawinan
yang menetapkan batas usia menikah sedikitnya 17 tahun untuk wanita dan 20
tahun untuk pria. Norma sosial makin lama makin menuntut persyaratan yang makin
tinggi untuk perkawinan, pendidikan, pekerjaan, persiapan mental. Norma agama
yang melarang untuk melakukan hubungan seksual sebelum menikah.
3)
Adanya Penyebaran Informasi dan Rangsangan
Seksual Melalui Media
Dengan teknologi yang canggih
memudahkan untuk mengakses media yang merangsang seksualitas remaja.
4)
Komunikasi Keluarga
Adanya komunikasi yang baik dalam
keluarga dapat menekan perilaku seksual yang berbahaya.
5)
Pergaulan yang Makin Bebas
Membuat perilaku seksual yang
berbahaya semakin meningkat.
6)
Ketaatan Beragama
Landasan agama yang kuat
berpengaruh terhadap bentuk perilaku seksual remaja.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku seksual menurut Monks dan Knoers (1987: 273) yaitu:
1) Usia
Usia seseorang mempengaruhi
bentuk perilaku seksual seseorang. Pada masa remaja seksualitas dimulai dengan
perubahan tubuh, yang menimbulkan tujuan baru dari dorongan seks, yaitu
reproduksi. Tahap inilah yang disebut fase genital.
2) Jenis
Kelamin
Laki-laki dan perempuan mempunyai
pandangan tentang bentuk dan perilaku seksual yang berbeda. Pria lebih permisif
terhadap perilaku seksual dibandingkan wanita, mereka beranggapan bahwa
seksualitas merupakan cara bersenggama, cara pacaran, dan cara mencari hati
lawan jenis. Sedangkan wanita lebih malu-malu dan cenderung tidak tahu.
2.7 Asuhan Keperawatan Pada Seksualitas
2.5.1
Masalah terkait seksualitas
1)
Ketidakefektifan
pola seksual
-batasan
karakteristik
a.
kesulitan dalam aktivitas seksual
b.
kesulitan dalam perilaku seksual
c.
konflik nilai
d.
perubahan dalam hubungan orang terdekat
e.
perubahan pada aktivitas seksual
f.
perubahan pada perilaku seksual
g.
perubahan peran seksual
-faktor
yang brhubungan
a.
hambatan dalam hubungan dengan orang terdekat
b.
konflik dengan orientasi seksual
c. konflik
dengan perbedaan farian
f.
keterampilan tentang alternatif yang berhubungan dengan seksual
g.
kurang pengetahuan dengan alternatif yang berhubungan dengan seksual
h.
modal peran tidak cukup
i.
takut hamil
j.
takut infeksi menular seksual
k.
tidak ada orang terdekat
l.
tidak ada prifasi
2)
Harga diri rendah kronik
-batasan karakteristik
a. bergantung pada pendapat orang lain
b. ekspresi serba salah
c. ekspresi rasa malu
d. enggan mencoba hal baru
e. kegagalan hidup berulang
f. kontak mata kurang
g. melebih-lebihkan umpan balik negatif tentang diri
sendiri
h. perilaku bimbang
i. perilaku tidak asertif
-faktor yang berhubungan
a. gangguan psikiatrik
b. kegagalan berulangc. Ketidak sesuaian budaya
c. ketidaksesuaian spiritual
d. koping terhadapkehilangan tidak efrektif
e. kurang kasih sayang
f. kurang keanggotaan dalam kelompok
g. kurang aspek dari orang lain
h. merasa efek tidak sesuai
i. terpapar peristiwa traumatik
3)
Gangguan Citra tubuhr
-batasan
karakteristik
a.
berfokus pada fungsi masa lalu
b. berfokus
pada penampilan masa lalu
c.
gangguan fungsi tubuh
d.
gangguan pandangan tentang ubuh seseorang
e.
gangguan struktur tubuh
f.
menghindari melihat tubuh
g.
menghindari menyentuh tubuh
h.
menolak menerima perubahan
i.
perasaan negatif tentang tubuh
-faktor
yang berhubungan
a.
ciderab
b.
Gangguan fungsi psikososial
c.
ketidaksesuaian budaya
d.
ketidaksesuaian spiritual
e.
perubahan fungsi kognitif
f.
perubahan fungsu tubuh
g.
peruban persepsi diri
h.
trauma
4)
Gangguan
pola tidur
-batasan
karakteristik
a.
kesulitan jatuh tertidur
b.
ketidakpuasan tidur
c.
menyatakan tidak merasa cukup istirahat
d.
perubahan pola tidur normal
e.
sering terjaga tanpa jelas penyebabnya
-faktor
yang brhubungan
a.
gangguan karena pasangan tidur
b.
halangan lingkungan,misal bising
c.
imobilisasi
d.
kurang prifasi
e.
pola tidur tidak menyehatkan
5)
Disfungsi
seksual
-batasan
karakteristik
a.
gangguan aktivitas seksual
b.
gangguan aksitasi selsual
c.
gangguan kepuasan seksual
d.
merasakan keterbatasan seksual
e.
penuruna hasrat seksual
f.
perubahan fungsi seksual yang tidak diinginkan
-faktor
yang berhubungan
a.
adanya penganiayaan,misal fisik/seksual
b.
gangguan fungsi tubuh
c.
gangguan struktur tubuh
d.
konflik nilai
e.
kurang pengetahuan tentang fungsi seksual
6)
Gangguan
rasa nyaman
-batasan
karakteristik
a.
ansietas
b.
berkeluh kesah
c.
gangguan pola tidur
d.
gatal
e.
gejala disstres
f. iritabilitas
g. kridakmampuan untuk rilek
-faktor yang berhubungan
a. gejala terkait penyakit
b. kurang konrol situasi
c. kurang prifasi
d. stimulasi lingkungan yang mengganggu
7)
Stres
berlebihan
-batasan
karakteristik
a.
dampak negatif dari stres,misal gejala fisik
b.
ganggua berfungsi
c.
gangguan pengambilan keputusan
d.
perasaan tertekan
e.
tegang
f.
peningkatan ketidak sabran
-faktor
yang berhubungan
a.
stres berlebihan
b.
stressor
c.
stressor berulang
d.
sumber daya tidak cukup
2.5.2
NOC
& NIC
Ketidakefektifan
pola seksual
NOC:
1) Setelah dilakukan
tindakan askep selama 3x24 jam didapat status kecemasan dengan indikator:
Mengurangi penyebab kecemasan dari skala 1 Ke 5.
2) Setelah dilakukan
askep selama 2x24 jam didapat status koping dengan indikator: adaptasi perubahan hidup dari skala 1
ke 4
3) Setelah dilakukan
askep selama 2x24 jam didapat status citra tubuh dgn indikator: penyesuaian terhadap perubahan kesehatan
skala 1 ke 4
NIC:
1)
Pengurangan
kecemasan
2)
Peningkatan
koping
3)
Peningkatan
citra tubuh
Harga diri rendah kronik
NOC:
1) Setelah dilakukan
askep selama 3x24 jam didapat status dukungan keluarga dengan indikator:
anggota keluarga bertanya bagaimana mereka dapat membantu dari skala 1 ke 5
2) Setelah dilakukan
askep selama 2x24 jam didapat keseimbangan alam perasaan dengan indikator:
menunjukkan alam perasaan yang stabil dari skala 2 ke 5
3) Setelah dilakukan
askep selama 3x24 jam didapat status harga diri
dengan indikator: perasaaan tentang nilai diri dari 1 ke 5
NIC:
1)
Peningkatan sistem dukungan keluarga
2)
Manajemen alam perasaan
3)
Peningkatan sosialisasi
4)
Membangun hubungan yang komplek
Gangguan Citra
NOC:
1) Setelah dilakukan
askep selama 3x24 jam didapat status kecemasan dengan indikator: Mengurangi penyebab kecemasan dari skala 1 ke
5
2) Setelah dilakukan
askep selama 2x24 jam didapat status perawatan diri dengan indikator: mempertahankan kenbersihan tubuh skala 1 ke 5
3) Setelah dilakukan
askep selama 2x24 jam didapat status perawatan diri dengan indikator: orientasi kognitif dari skala 1 ke 5.
NIC:
1)
Pengurangan kecemasan
2)
Bantuan
perawatan diri
3)
Peningkatan kesadaran diri
4)
Menghadirkan diri
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Seksualitas adalah suatu aspek inti
manusia sepanjang kehidupannya dan meliputi sek, identitas dan peran orientasi
seksual,erotisme,kenikmatan,kemesraan dan reproduksi. Fungsi dari seksualitas
itu sendiri yaitu sebagai kesuburan,kenikmatan,mempeerat ikatan dan
meningkatkan intiman pasangan,menegaskan maskulinitas atau feminitas,
meningkatan harga dirimencapai kekuasaan atau dominasi dalam
hubungan,mengurangi ansietas atau ketegangan,pengambilan resiko,keuntungan
materi.Seksualitas di pengaruhi oleh beberapa dimensi yakni dimensi
sosiokultural,dimensi agama dan etik,dimensi psikologis,dan dimensi
biologis.Ada banyak permasalahan seksualitas yang antara lain di sebabkan oleh
ketidaktahuan mengenai seks,kelelahan,konflik dan kebosanan.
B.Saran
Masalah seksual merupakan masalah
subyektif dank arena diagnosis sering kali bergantung pada kesadaran orang
untuk memeriksakan diri,masalah atau gangguan seksual sulit sekali untuk di
identifikasi,ditangani dan di pantau, terutama jika masalahnya bersifat
psikoseksua, untuk itu sebagai seorang perawat perlu adanya promosi kesehatan
seksual kepada masyarakat agar mengetahui dengan benar konsep seksualitas untuk
meningkatkan control dan meningkatkan ksehatan seksual mereka. Apalagi kepada
remaja yang rentan terlibat dalam perilaku seksual yang beresiko menyebabkan
infeksi menular seksual,kehamilan tidak di harapkan, dan kesehatan seksual yang
buruk.
DAFTAR
PUSTAKA
Uripmi Lia, 2011. Psikologi kebidanan.
Jakarta: EGC
Amy G. Miron dan Charles D. Miron. 2006. Bicara
Soal Cinta, Pacaran, dan Seks Pada Remaja. Jakarta : Erlangga
Fitriyanti A. 2011. Hubungan Pengetahuan
Kesehatan Reproduksi Remaja Dengan Perilaku Remaja Dengan Perilaku Reproduksi
Sehat. Medan
Syaifuddin. 2009. Fisiologi Tubuh Manusia Untuk
Mahasiswa Keperawatan, Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika
Nurjanah, I, 2010, Intan’s Screening Diagnoses
Assesment (ISDA), Mocomedia: Yogyakarta
NANDA, 2007, Nursing Diagnoses: Definitions and
Clasification 2007-2008, Philadelphia
NANDA, 2010, Diagnosa Keperawatan: Definisi dan
klasifikasi 2009-2010, EGC: Jakarta
Bibilung.
2007. Hamil Dan Libido. Available From
0 komentar:
Posting Komentar