Sabtu, 08 November 2014

Jam Tangan yang HIlang

Dinda, Azka dan Rizky. 3 Sahabat yang selalu dapat mengatasi masalah. Mereka sudah disebut sebagai “Three Detektiv”. Mereka memiliki analisa yang bagus, sehingga dapat menemukan barang yang hilang. Suatu hari, Dinda, Azka dan Rizky sedang berada di sekolah mereka. Sekolah Islam, dan tentu saja Dinda mengenakan kerudung (Azka dan Rizky tidak, karena mereka itu laki-laki).
“Kring… kring… kring.” Bel istirahat berbunyi. Mereka akan pergi ke kantin sekolah.
“Dinda, Azka, Rizky.” Panggil seseorang. Dinda, Azka dan Rizky menengok ke belakang. Ternyata itu Zalfa, anak perempuan yang kaya raya dan cantik.
“Ada apa, Zal?” Tanya Dinda.
“Ini, Arloji milikku menghilang, bisa tolong carikan tidak?” Jelas Zalfa.
“Bisa, terakhir kamu pakai dimana dan kapan?” Tanya Azka.
“Hilangnya baru tadi, saat aku melakukan Scary Job ke rumah anker bersam teman-temanku. Setelah itu aku gak tau keberadaan Arlojiku. Kumohon carikan. Arloji itu sangat mahal, Papaku membelinya di Thailand.” Jelas Zalfa.
“Oh, begitu. Jam berapa kamu ke rumah anker itu?” Tanya Rizky.
“Jam 6, tadi pagi.” Jawab Zalfa.
“Apa ada yang memegang tanganmu?” Tanya Dinda.
“Tentu saja Farach sahabatku memegang tanganku.” Balas Zalfa.
“Mungkin Farach yang mengambilnya. Aku akan mengintrogasikannya.” Ujar Rizky.
“Makasih ya, kalian akan sangat membantu. Tapi, aku jamin Farach gak mungkin mengambil Arlojiku. Dia bahkan tidak suka barang-barang yang berbau Thailand.” Gumam Zalfa.
“Kalau begitu, aku dan Azka akan menelusuri rumah anker itu, dan Rizky akan mewawancarai Farach.” Usul Dinda.
“Itu ide yang bagus. Karena istirahat hanya 20 menit, kita mencarinya saat pulang sekolah saja, ya.” Ajak Azka.
“I Agree.” Balas Dinda dan Rizky serempak. Zalfa meninggalkan Three Detektiv, Three Detektiv pun melanjutkan perjalanannya ke kantin.
Di Kantin…
“Percaya gak sih, kalau anak sebaik Farach mencuri Arloji milik sahabatnya sendiri?” Tanya Dinda heran.
“Percaya saja, manusia bisa melakukan apapun yang dia inginkan, gak terkecuali pada seorang sahabat yang baik.” Balas Rizky.
“Ya, bisa saja begitu, aku sering meminjam pensil Rizky tanpa Izin dan meminjam tanpa izin itu sama kayak mencuri, dan jujur saja aku ini sahabat yang baik.” Sambar Azka.
“Sahabat yang baik? Kalau kamu merasa kamu sahabat yang baik, kenapa kamu gak mau kasih tau aku jawaban soal nomor 14, tadi?” Tanya Rizky.
“Itu sih, masalah kamu. Sahabat yang baik itu, mencairkan otak temannya, bukan malah membekukan otak temannya. Jadi, aku ingin kamu berfikir sendiri.” Jelas Azka. Dinda, Rizky dan Azka tertawa karena logak suara Azka yang menggunakan Qolqolah.
“Kring… kring… kring.” Bel tanda sekolah usai berbunyi. Setelah menyalami guru. Three Detektiv segera berangkat ke rumah anker, namun Rizky tidak ikut, tugas Rizky mewawancarai Farach. Di perjalanan menuju rumah anker.
“Az, kok aku merinding gini, ya. Aku takut, nih.” Ucap Dinda gemetar.
“Tenang, Allah selalu ada di dekat kita dan selalu menjaga kita. Jadi jangan takut. Sudah ayo.” Ajak Azka semangat. Di halaman rumah anker sangat menyeramkan. Azka adalah anak Indigo, jadi semua makhluk adalah temannya. Sesekali Azka bicara sendiri. Mungkin berbicara dengan makhluk halus yang ada di sini.
“Teman, jangan ganggu temanku, dia baik kok, bukan penjahat. Hatinya juga selembut Kapas.” Ucap Azka kepada para makhluk gaib. Bulu Roma Dinda tidak lagi berdiri, mungkin karena para makhluk gaib itu sudah pergi.
“Azka, kamu berguna juga ya. Apa semua makhluk temanmu? Tanya Dinda.
“Jin jahat bukan temanku, dia musuhku, tapi kujamin di sini tidak ada mereka.” Jawab Azka. Dinda tenang. Sambil berjalan penuh hati-hati, Dinda dan Azka memasuki rumah tersebut. Rumah itu sangat gelap. Saking gelapnya, senter jam tangan Dinda saja tidak mempan menerangi ruangan tersebut. Tiba-tiba bulu Roma Dinda berdiri lagi.
“Azka, kenapa bulu romaku berdiri lagi? Tanya Dinda panik.
“Ada roh jahat di sini. Sebaiknya kamu baca surat apa saja.” Pinta Azka.
“Bismillah hirrohman nirrohim.” Ucap Dinda.
“Roh, kumohon jangan ganggu sahabatku. Pergi kau!” Perintah Azka. Dinda semakin Takut. Dinda merasakan Menginjak sesuatu.
“Dinda, kamu kenapa? Tanya Azka.
“Aku menginjak sesuatu, Az.” Jawab Dinda. Azka membungkuk dan mengambil benda yang Dinda injak. Ternyat itu adalah sebuah Arloji. Dinda dan Azka yakin bahwa ini Arloji milik Zalfa. Dinda dan Azka pun segera pergi dari rumah anker itu.
Saat sudah berada di depan sekolah. Dinda dan Azka mendekati Rizky, Zalfa dan Farach yang sedang mengobrol.
“Rizky, Zalfa, kami menemukan Arloji Zalfa, nih.” Ucap Dinda.
“Hah? Ini Arlojiku, Rizky benar, Farach yang mengambilnya. Itu milik siapa? Tapi, bentuknya sangat mirip dengan Arlojiku, ya.” Gumam Zalfa.
“Lah? Kok bisa, sih. Ini punya siapa? Tanya Azka heran.
“Farach, kamu menyusahkan sekali, lain kali, berfikirlah sebelum mengambil barang milik orang lain. Sekarang aku bingung milik siapa Arloji ini.” Ujar Dinda. Dinda merasa ada yang memegangnya. Saat dia berbalik badan, sesosok makhluk aneh berbicara.
“Kembalikan Arlojiku.” Ucap makhluk halus itu. Dinda dan yang lain gemetar, Dinda segera melempar Arloji itu dan LARIIIII!!!!

0 komentar:

Posting Komentar